Namira menatap pada Kevan seperti orang mengandung. Bagaimana tidak? Lelaki itu terus bolak-balik ke kamar mandi dan muntah. “Arsen, dia kenapa?” Namira bertanya mendekati Arsen yang duduk dengan tenang dan mengabaikan Kevan yang sekarang dalam situasi penuh penderitaan. “Mau mati.” Jawaban Arsen begitu ringan sekali. Namira menggeleng. “Hei! Kau tolong saja dia, bagaimana bisa kau membiarkan temanmu itu seperti itu terus. Kasihan.” Ucap Namira, menatap penuh iba pada Kevan yang sudah merangkak keluar dari dalam kamar mandi. Wajahnya yang penuh penderitaan, memang sangat menarik rasa kasihan dari dalam lubuk hati Namira. Namira berjalan menuju dapur. Membuatkan jus lemon yang bisa mengurangi rasa ingin muntah Kevan, dan ia membawa menuju lelaki tersebut. “Ini, minumlah. Kau memakan a