Setelah menyelesaikan mandinya, Izzam melangkah meniggalkan kamarnya, dia merapikan kaos oblong yang di kenakan dengan celana pendek selutut. Matanya sesekali melirik jam di pergelangan tangannya, Izzam mempercepat langkahnya menuju ke kamar sang keponakan, dimana dirinya sering memadu kasih selama ini. Setelah sampai di depan kamar sang keponakan, dia menelan ludahnya, dan menarik nafas dengan mata terpejam. Tok! Tok! Tok! “Rosi…buka pintunya…om mau bicara…” Masih tak mendapat sahutan, sang paman kembali mengulang kalimat bujukannya. “Rosi…buka pintunya, Sayang. Om mau jelaskan semuanya…ayo buka pintunya…” bujuknya lagi dengan nada suara rendah. “Rosi…om tahu kamu marah besar sama om, karena om tidak menepati janji om ke kamu. Om akui om salah akan hal itu. Om masih gak bisa mengalah

