Dalam Hitungan Sepuluh

1844 Kata

“Tapi saya tetap gak enak sama yang lain, Pak…” Farzana tampak menggaruk kepalanya terlebih ketika mendengar jawaban dari sang dosen. “Kenapa kamu jadi mikirin orang lain. Sedangkan kamu aja masih menunggu belum jelas nanti di jemput jam berapa…” “Hehe…iya juga sih, Pak…” Farzana nyengir kuda sembari menggaruk kepalanya, wajahnya tampak bingung karena memang dirinya sebenarnya tidak di jemput oleh siapapun. Karena dirinya juga takut meminta tolong orang yang biasa menjemputnya, Mas Emir Hasan. Terlebih tadi sang suami terlihat kesal melihatnya ketika dia menelpon mas Hasan. “Nah, tuh! Makanya, ayo saya anter saja pulang. Toh sekalian saya pulang juga. Kecuali saya di rumah, atau dimana gitu…trus tiba-tiba nawarin anter kamu pulang. Sementara semua orang sudah pulang. Itu kurang pas…” sa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN