Setelah pengakuan Gama tiga puluh menit yang lalu, rasa senang dihatiku tidak dapat tergambarkan dengan kata-kata. Namun, perasaan ragu juga tak dapat dengan segera di tepis hatiku. Image Gama yang kukenal selama ini sudah melekat sebagai pria yang sering bergonta-ganti 'teman tidur'. Walaupun pertama kali mengenalnya, dia adalah sosok kakak kelas manis yang selalu menemaniku di jam istirahat sekolah kami dulu. Tapi sudahlah, dari awal aku memang mencintainya tanpa syarat. Jadi sebaiknya aku nikmati saja perjalanan cinta kami dan aku harap Ayah bisa menerima Gama. "hey.. Hey.. Hey tayo.. Hahhaha.. Om tenapa nengok? Atu tan ndak mangdil om.. Tapi atu mangdil Tayo tauk.. Hahaha.." Aku ikut tertawa ketika Gara menjahili Ayah kandungnya itu dengan cara yang sedang tren saat ini. Sementa