MHB.09 BERUSAHA MEMBUAT HIDUPKU MENJADI LEBIH BURUK
HELENA HUANG
"Nyonya, teman Anda datang untuk berkunjung." sang pengawas berkata padaku sambil membuka pintu ruang tahanan.
Aku yang merasa senang dengan kedatangan Felly Fang, dengan segera keluar ruang tahanan setelah pintunya terbuka. Selama aku menjalani kehidupan di penjara, kehadiran orang terdekatku lah yang selalu aku nantikan. Beberapa kali dalam satu minggu, Felly Fang atau ibuku akan datang mengunjungiku. Kedua orang itu datang mengunjungiku secara bergantian, kecuali ayahku yang sakit-sakitan dan tidak sanggup pergi jauh dari rumah. Setiap kali mereka datang hatiku akan merasa senang, seperti yang aku rasakan saat ini. Karena kehadiran mereka bagaikan obat penawar bagiku yang hidup di penjara dalam keterpurukan.
Saat aku melangkah memasuki ruang besuk tahanan, aku melihat Felly Fang tengah duduk di kursi yang tersedia sambil menungguku. Ia duduk sendirian dengan wajah menunduk, seolah ada sesuatu hal berat yang sedang ia pikirkan. Sambil menarik kursi untukku duduki, aku bertanya, "Hey... Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat murung seperti itu, Felly?"
Felly Fang menatapku yang duduk di hadapannya beberapa saat. Kemudian dengan wajah khawatir ia bertanya, "Helena, apa kamu baik-baik saja?"
"Ya, aku bai-baik saja."
"Tapi kenapa tubuhmu semakin lama semakin kurus? Apa kamu tidak makan dengan baik di sini?"
Aku tersenyum miring mendengar pertanyaan Felly Fang yang terdengar konyol lalu menjawab, "Bagaimana aku bisa makan dengan baik jika aku hidup sebagai tahanan di sini, Felly?"
"Maaf, aku tidak bermaksud apa-apa." Felly Fang kembali terdiam beberapa saat menatapku dalam. Kemudian dengan suara rendah ia berkata, "Aku dengar Aland telah menceraikanmu. Apakah itu benar?"
"Ya, benar. Kenapa kamu bisa mengetahuinya, Felly? Aku rasa, aku tidak pernah menceritakannya kepadamu."
"Berita perceraianmu itu disiarkan di beberapa aku gossip, Helena."
Aku mengerutkan dahi mendengar ucapan Felly Fang. Dengan wajah penasaran aku kembali bertanya, "Di siarkan di beberapa akun gosip? Bagaimana bisa itu terjadi?"
"Helena, sebenarnya kasus penganiayaan yang kamu lakukan itu juga sempat disiarkan di akun gossip. Hal itu karena ada yang memvideo kan apa yang kamu lakukan. Dan video itu sempat menghebohkan kota Shanghai. Dari kejadian buruk itu, mereka mendapatkan keuntungan besar karena semakin terkenal. Memang berawal dari viralnya kasus penganiayaan yang kamu lakukan. Namun setelah itu perusahaan multimedia mereka mendapatkan perhatian dari orang banyak dan semakin maju. Bahkan perusahaan milihk Dalia itu kini telah memiliki gedung perusahaan sendiri dengan karyawan yang semakin banyak hanya dalam waktu singkat. Ditambah lagi wanita ular itu telah menjadi salah seorang sosialita Shanghai, membuat berita apa pun tentangnya dan keluarganya dengan mudah menyebar. Termasuk berita tentang perceraianamu dengan Aland Bai."
Felly Fang terdiam sejenak dan kembali berkata dengan wajah kesal, "Selama ini kamu benar-benar sangat bodoh, Helena. Apa kamu masih ingat dengan apa yang dikatakan oleh Dalia saat persidangan? Mereka sudah menikah selama dua tahun hingga kini memiliki anak. Pria sampah itu sudah lama mengkhianatimu dan membohongimu. Seharusnya ia lah yang menderita dan kehilangan semuanya."
Aku hanya diam mendengar penjelasan dari Felly Fang yang panjang lebar itu. Tidak ada sepatah kata pun yang aku ucapkan untuk menanggapinya. Melihatku yang hanya diam tanpa kata ia pun bertanya, "Kenapa kamu hanya diam, Helena?"
"Aku sudah merasa lelah, Felly." Aku menjawab dengan wajah dan suara yang datar dan perasaan yang hampa.
Dalam kejadian yang telah menimpaku, mantan suamiku Aland Bai telah berselingkuh dengan atasannya hingga memiliki anak. Namun yang disalahkan adalah diriku yang tidak pernah berkhianat. Jika bukan ia yang b******k dan memberi peluang, tidak akan ada pihak ketiga di antara kami berdua. Lagi pula selama ini ia telah menikahiku, namun tetap saja memiliki wanita lain di luar sana. Dari awal hingga akhir, di mataku kini Aland Bai adalah seorang b******n.
Melihat ekspresi wajahku yang datar dan tidak bersemangat membicarakan perceraianku dengan Aland Bai, Felly Fang yang masih duduk di hadapanku bergerak ke samping sejenak. Kemudian ia meletakan sebuah tas bekal makanan yang cukup besar ke atas meja sembari berkata, "Helena, ibumu mengirimkan ini untukmu. Dan aku membawakanmu buah persik kesukaanmu."
"Terima kasih telah membawakan buah kesukaanku, Felly. Tapi apaisi tas bekal ini? Ibuku mengirimkan makanan apa?" Aku bertanya sambil membuka tas bekal makanan yang kini ada di hadapanku dengan perasaan senang bercampur penasaran.
"Seperti biasa, makanan kesukaanmu. Xian dou hua, guo tie dan shengjian bao."
Aku semakin bersemangat membuka kotak bekal makanan yang terdiri dari 3 tingkat itu karena mendengar jawaban Felly Fang. Setelah sekian lama aku berada di penjara, akhirnya aku bisa menyicipi beberapa makanan kesukaanku. Pada tingkat pertama kotak bekal makanan terdapat guo tie. Guo tie adalah camilan khas Shanghai yang bentuknya sama seperti gyoza yang berisikan cincangan danging babi atau udang. Karena aku sangat menyukai guo tie dengan isian udang, ibuku membuatkan guo tie dengan isian udang untukku. Sehingga aku yang sudah tidak sabar ingin menyicipinya, dengan segera mengambil salah satu guo tie yang ada pada kotak makanan menggunakan sumpit, lalu menyocolnya dengan saus cuka hitam yang sudah tersediah.
Meski sudah menghabiskan beberapa guo tie yang dibawakan oleh Felly Fang untukku, aku yang sangat lapar dan jarang makan makanan yang lezat selama di penjara, masih merasa belum puas. Tanpa berbasa-basi kepada Felly Fang, aku membuka kotak bekal kedua yang berisikan shenjian bao. Shenjian bao adalah makanan yang hampir sama dengan xiaolong bao yang juga dikenal dengan pangsit berkuah. Hanya saja makanan khas Shanghai yang bernama shenjian bao ini dimasak dengan cara digoreng di atas pan. Lalu disiram dengan air sehingga menghasilkan uap yang membuat makanan ini matang sempurna dengan bagian bawah dumpling yang terasa renyah, sedangkan bagian atas terasa lembut. Membuatku yang sangat menyukainya memakannya dengan lahap.
"Helena, hati-hati makannya. Jangan tergesa-gesa." Felly Fang berkata sambil menatapku dengan wajah khawatir.
Aku yang sedang menggerakan sumpitku untuk mengambilnya pun menjawab, "Jika aku tidak memakannya dengan cepat, bisa-bisa jam besukmu habis."
Felly Fang melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya dan berkata, "Masih ada waktu 15 menit lagi. Santai saja. Kamu tidak perlu makan dengan tergesa-gesa seperti pengungsi yang baru mendapatkan makan lezat."
"Jangan bicara begitu padaku. Kamu tidak akan bisa membayangkan bagaimana kehidupanku di sini. Karena hari ini kamu membawakan makanan yang lezat untukku, aku dan calon bayiku juga harus menikmatinya walau tergesa-gesa. Anggap saja ini adalah perbaikan gizi."
"Ya, aku tahu. Perbaikan gizi juga bukan berarti makan dengan tergesa-gesa seperti itu."
Aku yang sangat menikmati hidangan kedua yang dibuatkan ibuku untukku, tidak lagi menanggapi ucapan Felly Fang yang menertawakanku. Aku terus menggerakan sumpitku hingga akhirnya shenjian bao pun habis dalam waktu yang sangat singkat. Melihatku yang menghabiskan dua hidangan dalam waktu singkat dan hendak menyicipi hidangan ketiga, Felly Fang pun kembali bersuara, "Helena, apa kamu sangat lapar?"
"Ya, aku sangat lapar. Karena pagi ini aku tidak kebagian sarapan." Aku menjawabnya dengan wajah acuh tak acuh.
"Bagimana itu bisa terjadi? Bagaimana mungkin kamu tidak kebagian sarapan? Bukankah makanan semua tahanan sudah dijatah dan diatur oleh pengawas?" Felly Fang kembali bertanya dengan nada yang semakin khawatir.
Seketika aku teringat pada kejadian tadi pagi yang cukup membuatku kesal. Dimana salah seorang tahanan wanita yang tidak menyukaiku, merampas makanan yang ada di tanganku dan membuangnya. Aku yang tidak ingin meladeninya dan bertengkar dengannya hanya diam tanpa melakukan perlawanan. Sehingga aku yang saat itu merasakan lapar, memilih untuk pergi saja. Dan aku yang tidak ingin Felly Fang semakin khawatir karena mengetahui hal buruk yang aku alami, berusaha untuk tenang dan menjawab, "Tadi pagi aku belum lapar. Jadi aku memilih untuk tidak mengambil jatah makanku."
"Kalau begitu makanlah yang banyak sebelum kamu kembali masuk ke sel. Sekarang yang harus makan tidak hanya dirimu, tapi juga calon bayimu." Felly Fang berkata sambil tersenyum tipis padaku.
Aku hanya menganggukan kepala menanggapi ucapannya yang masih menatapku. Kemudian aku membuka kotak bekal makanan yang ketiga yang berisikan xian dou hua dan menikmatinya. Xian dou hua adalah kembang tahu yang disajikan dengan rumput laut, soy souce, daun bawang dan minyak cabai. Memakan makanan yang gurih ini membuatku kembali teringat pada masa laluku saat semua masih baik-baik saja. Karena xian dou hua ini tidak hanya menjadi salah satu makanan kesukaanku, tapi juga makanan kesukaan Aland Bai mantan suamiku. Meski memakan makanan ini mengingatkanku pada masa lalu yang cukup manis, namun tetap saja hatiku terasa datar karena telah hampa tanpa cinta.
Aku menghabiskan xian dou hua yang merupakan hidangan ketiga dalam waktu singkat. Setelah menghabiskannya, aku yang merasa sangat kenyang pun bersuara, "Huffft... Kenyang sekali. Sampai-sampai perutku terasa sesak."
"Itu hanya sementara. Sebentar lagi rasa sesaknya akan hilang karena yang makan tidak hanya dirimu, tapi juga calon bayimu Helena."
"Ya, kamu benar."
Baru saja aku menanggapi ucapan Felly Fang, sang pengawas tiba-tiba datang menghapiri kami dan berkata, "Nona, waktu besuknya sudah selesai."
Seketika Felly Fang melirik arlojinya sejenak lalu menatap sang pengawas dengan wajah kesal sembari berkata, "Masih ada waktu 5 menit lagi, Tuan. Kenapa Tuan mengatakan bahwa jam besuk sudah selesai?"
"Karena masih ada orang lain yang ingin membesuk, Nona."
"Jika ada orang lain yang ingin membesuk, mereka bisa menggunakan kursi dan meja yang lain. Kenapa harus memotong jam besukku?"
"Maaf, Nona. Orang yang datang membesuk ingin bertemu dengan Nyonya Helena. Bukan orang lain."
Aku terdiam mendengar ucapan sang pengawas tersebut. Di dalam hati aku berkata, siapa yang ingin bertemu denganku? Felly sudah ada di sini. Rasanya tidak mungkin ibu datang membesukku karena beliau telah mengirimkan makanan untukku.
"Baiklah. Aku akan keluar sekarang." Felly Fang berkata dengan wajah kesal sambil bangkit dari kursi yang telah ia duduki dari tadi. Kemudian ia menoleh ke arahku dan kembali bersuara, "Helena, aku pergi dulu. Aku akan datang mengunjungimu kembali pada lusa. Apa ada sesuatu yang ingin aku bawakan untukmu saat aku kembali berkunjung?"
"Sepertinya aku tidak ingin apa-apa, Felly. Kedatanganmu sudah cukup membuatku senang."
"Apakah kamu yakin?"
"Ya. En... Kalau begitu bawakan aku buah persik saat kamu kembali mengunjungiku."
"Baiklah. Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik di sini."
"Ya, aku akan baik-baik saja. Hati-hati di jalan."
"Bye..."
"Bye..."
Setelah Felly Fang berlalu pergi keluar ruang besuk, aku yang masih berada di dalam ruangan besuk mendengar sedikit keributan di luar ruangan. Aku tidak tahu siapa yang sedang adu mulut di luar sana. Namun suara itu terdengar sangat familiar di telingaku. Membuatku yang mendengarnya bertanya dalam hati, siapa yang sedang bertengkar di luar sana? Apakah suara itu adalah suara Felly?
Aku yang merasa sangat penasaran dengan segera bangkit dari kursi dan berjalan ke sisi lain ruangan yang terbuat dari kaca yang tebal. Aku mencoba memperhatikan suasana di luar sana dengan pandangan yang terbatas. Namun dari posisiku berdiri saat ini, aku tidak menemukan dari mana suara itu berasal. Setelah keributan itu berakhir, aku masih saja berdiri dengan rasa penuh penasaran. Hingga akhirnya aku yang sempat melamun pun dikagetkan oleh suara yang berasal dari belakangku, "Apakah kamu sangat ingin menghirup udara segar di luar sana, Helena?"
Spontan aku membalikan tubuhku setelah mendengar suara yang cukup familiar di telingaku. Terlihat sesosok wanita yang sangat aku benci tengah berdiri di hadapanku. Ia berdiri di hadapanku dengan wajah yang angkuh seolah memandangku rendah. Namun aku yang melihatnya berpakaian mewah dengan cincin berlian yang melingkar di jari manisnya, hatiku terasa begitu tenang. Karena sedikit pun tidak ada rasa iri di hatiku terhadapnya yang telah menghancurkan hidupku. Bahkan rasa benciku terhadapnya membuatku menganggapnya seperti angin, tidak berarti.
Dengan wajah acuh tak acuh, aku yang masih berdiri pun aku bertanya, "Ada apa?"
"Kenapa kamu malah berbalik bertanya padaku? Bukankah aku yang lebih dulu bertanya padamu, Helena?"
"Aku rasa tidak ada gunanya aku menjawab pertanyaanmu."
Dalian Han terlihat sedkit kaget melihatku yang kini begitu tenang menghadapinya. Kemudian ia menjawab, "Tentu saja ada gunanya. Aku ingin tahu, apakah kamu sangat ingin menghirup udara segar di luar sana, Helena?"
Aku hanya diam tanpa menanggapi ucapannya. Membuat Dalia Han yang melihatku begitu tenang, merasa kesal dan kembali bertanya, "Bagaimana kabarmu selama berada di dalam penjara, Helena? Tadinya aku berpikir dapat membuatmu mati tanpa mengotori tanganku. Namun ternyata kamu cukup kuat menghadapi semua. Meski kamu hanya menjalani hukuman selama 5 tahun 6 bulan di penjara, bukan masalah bagiku. Tapi aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang. Aku akan membuatmu mendekam di penjara lebih lama, hingga kamu mati."
Selama Dalian Han menatapku dengan matanya yang indah itu, aku melihat ada kebencian di hatinya terhadapku. Dari perkataan yang ia ucapkan, aku bisa menyimpulkan bahwa ia tidak akan membiarkanku hidup tenang. Walau pun ia tidak bisa membuatku mati, tapi akan tetap berusaha membuat hidupku menjadi lebih buruk selama di penjara. Di dalam hati aku bertanya, apakah ia dalang dari semua penganiayaan yang telah aku alami?