SRIS.04 HIDUP DALAM KEBOHONGAN
Sakitnya hati yang aku rasakan saat ini sepertinya tidak bisa diobati lagi. Semua cinta yang telah ku berikan kepada Aland Bai selama ini terasa sangat sia-sia. Perhatian dan kasih sayang yang ia berikan selama ini yang aku anggap cinta, itu semua hanya kebohongan belaka. Aku tidak tahu sudah berapa lama ia mengkhianatiku selama ini. Dan aku juga tidak tahu kesalahan apa yang telah aku perbuat sehingga Tuhan memberikan ujian begitu berat dalam hidupku. Aku bisa menghadapi ujian hidup kekurangan dengan tenang, karena aku bukan berasal dari keluarga kaya raya dan pernah hidup susah. Tapi aku merasa sangat sulit untuk menghadapi ujian cinta, jika ujiannya adalah sebuah pengkhianatan.
Aku berdiri diam mematung cukup lama menyaksikan adegan menjijikan yang sedang berlangsung di depan pintu masuk ruangan. Panasnya adegan yang tengah diperankan oleh pasangan kotor itu membuatku merasa ingin muntah. Dan rasa sakit yang tak terbendung yang tengah aku rasakan mendorongku untuk melangkah maju menghampiri mereka yang tidak menyadari kehadiranku. Saat ini aku sangat ingin membunuh pasangan kotor itu dengan kedua tanganku sendiri.
Sambil berlinang air mata, aku mendorong pasangan kotor yang sedang bermesraan itu. Saat mereka berdua telah menyadari kehadiranku dan menghentikan adegan panas mereka, aku pun mendorong tubuh Aland Bai ke sudut ruangan. Aku memukulinya dengan sekuat tenaga berulang kali sambil mengenang semua hal manis yang telah kami lalui bersama selama ini. Aku terus memukulinya yang tidak memberikan perlawanan itu tanpa memikirkan apa ia merasakan sakit atau tidak. Dan di benakku yang muncul hanyalah keinginan untuk membunuhnya.
Kemarahan dan rasa kecewa yang aku rasakan terhadap Aland Bai membuatku tidak ingin berhenti memukulinya. Selain memukulinya dengan tanganku sendiri, aku pun melemparnya dengan benda-benda yang ada di sekitarku seperti orang kesetanan. Selama aku memukuli Aland Bai yang ada di hadapanku, sekali pun ia tidak pernah memberikan perlawanan terhadapku. Aland Bai hanya diam berdiri di sudut ruangan dengan posisi sedikit meringkuk melindungi kepalanya dari pukulan dan lemparanku.
“Helena… hentikan! Helena! Helena, kau menyakiti Aland! Hentikan!”
Aku terus mendengar suara teriakan yang memekakkan telinga dari wanita kotor yang tengah hamil itu, tapi aku tidak mempedulikannya. Aku juga merasakan tangannya yang dingin dan lembut beberapa kali menarik tanganku agar berhenti memukuli suamiku, tapi aku berhasil melepaskannya. Dan saat ini aku juga tidak mempedulikan orang-orang yang tengah menyaksikan kegaduhan yang telah aku perbuat. Saat ini banyak karyawan perusahaan tengah berkumpul di depan pintu ruangan menyaksikan semua yang sedang terjadi. Namun aku tidak mempedulikan kehadiran mereka dan menghilangkan rasa malu ku. Mungkin saja setelah ini mereka akan mencapku sebagai seorang wanita kejam.
Berulang kali Delia Han menarik tanganku agar berhenti, berulang kali juga aku berusaha melepaskannya dan kembali memukuli Aland Bai. Hingga akhirnya Dalia Han yang terus berusaha menarikku untuk menghentikanku pun besuara, “Helena, hentikan! Kau menyakiti Aland! Hentikan, Helena! Hentikan! Dasar wanita gila! Kau telah menyakiti suamiku! Kau telah menyakiti ayah dari anakku!”
Mendengar ucapan yang baru saja diucapkan oleh Dalia Han membuat kemarahanku semakin memuncak. Aku yang tidak bisa berpikir dengan jernih pun akhirnya mengambil vas bunga yang ada di atas meja dan melemparnya ke arah Aland Bai. Seketika darah segarpun keluar dari kepala Aland Bai yang masih berdiri di sudut ruangan. Tapi aku tidak mempedulikannya, karena menurutku ia pantas mendapatkannya.
Melihat kepala Aland Bai terluka, Dalia Han menarik tubuhku ke belakang agar tidak lagi memukulinya. Namun aku yang masih berada dalam suasana hati yang sangat marah dan tidak ingin di sentuh oleh wanita kotor itu, mengibaskan tangannya yang ada di lenganku hingga ia pun terjatuh ke lantai dengan posisi tersudut. Melihat kedua orang itu terluka membuat hatiku merasa sangat puas.
“Aaaaaaaaaargh…”Seketika darah pun mengalir dari tubuh bagian bawah Dalia Han yang sekarang tersandar di dinding sudut ruangan.
****
ALAND BAI
“Sayang, bisakah malam ini kamu kembali menginap di rumahku?” Dalia Han berbicara padaku saat ia baru saja memasuki ruang kerjaku.
Aku yang sedang sibuk dengan berbagai gambar design grafis yang ada di layar laptopku menoleh padanya dan berkata, “Maaf Dalia, malam ini aku tidak bisa.”
“Kenapa?” Dalia Han bertanya dengan nada manja saat ia telah berdiri di sampingku dengan tubuh bersandar padaku yang sedang duduk.
“Semalam aku tidak pulang, Helena pasti akan mencariku. Lagi pula hari ini aku telah berjanji padanya akan segera pulang.”
“Tidak bisakah malam ini kamu bersamaku lagi? Aku sedang hamil, aku membutuhkanmu.”
Aku menarik nafas dalam dan kembali berkata, “Maaf Dalia, aku tidak bisa. Jika aku tidak pulang lagi malam ini, bisa-bisa Helena akan curiga. Aku tidak ingin ia mengetahui hubungan kita. Aku tidak ingin menyakiti perasaannya.”
Dalia Han semakin menyandarkan tubuhnya padaku dan merangkul bahuku yang masih duduk. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke wajahku sembari berkata, “Aland, jika malam ini kamu tidak bisa pulang ke rumahku, bagaimana kalau kita melakukannya di kantor ini.”
“Dalia… Jangan melakukan hal aneh-aneh.” Aku yang mulai merasa tidak nyaman menyingkirkan tangan Dalia Han dari bahuku berusaha menolaknya. Saat ini aku sedang tidak ingin bersamanya, karena di benakku saat ini hanya ada Helena Huang, wanita yang sangat aku cintai.
Awalnya aku adalah seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan multimedia yang baru berkembang di kota Shanghai. Aku bekerja sebagai staff design grafis selama beberapa tahun terakhir di perusahaan SH Multimedia. Sebuah perusahaan penyedia jasa yang focus dalam online strategy, design grafis, design interior, company profile, animasi, augmented reality baik untuk perorangan maupun perusahaan.
Meski SH Multimedia tempatku bekerja adalah perusahaan yang baru berkembang, tapi sudah banyak perusahaan ternama di Shanghai maupun di provinsi lainnya yang ada di Tiongkok bekerja sama dengan SH Multimedia untuk mengiklankan produk atau perusahaan mereka. Dengan tim yang professional di bidangnya, SH Multimedia membantu para kliennya dalam mempersiapkan segala kebutuhan yang mereka butuhkan di bidang multimedia, termasuk juga beragam content multimedia.
Namun setahun terakhir ini, posisiku yang awalnya hanya staff biasa, sekarang telah berganti menjadi kepala staff bagian design grafis yang mengepalai para graphic designer yang ada di perusahaan. Aku dan para staff ku adalah sebuah tim yang bertugas menciptakan ilustrasi, tipografi, fotografi atau grafis motion baik untuk penerbit maupun media cetak dan elektronik. Dan posisi yang aku tempati saat ini adalah hasil dari kerja kerasku selama ini dan juga campur tangan dari atasanku, Dalia Han. Seorang wanita yang lebih tua beberapa tahun dariku, pemilik perusahaan SH Multimedia yang kini telah menjadi istri keduaku.
Dua tahun lalu aku telah pernah menikah dengan seorang wanita yang sangat aku cintai, Helena Huang yang hingga saat ini masih menjadi istriku. Ia adalah wanita cantik, sederhana dan paling baik yang pernah aku kenal. Dari awal aku mengenalnya hingga saat ini, ia masih menempati posisi teratas dalam hatiku. Dan mungkin sampai kapanpun ia akan tetap menjadi ratu di hatiku. Kami hidup bahagia bersama dan saling mencintai selama menjalani kehidupan rumah tangga kami.
Karena rasa cintaku padanya dan juga keinginanku yang ingin memberikan kehidupan lebih baik lagi, aku rela bekerja keras setiap hari agar suatu hari ia bahagia. Namun kegigihanku dalam bekerja malah membuat atasanku Dalia Han tertarik. Banyaknya pekerjaan yang aku tangani bersamanya membuat kami harus sering bertemu dan menjalin hubungan yang baik. Dan hubungan baik antara atasan dan bawahan itu berkembang begitu cepat menjadi hubungan yang lebih dalam.
Aku telah berusaha menghindari untuk melakukan apa pun hal yang akan mengkhianati Helena Huang demi menjaga kesetiaan dan kesucian cinta kami. Namun godaan demi godaan yang dilakukan oleh Dalia Han yang sangat tertarik kepadaku membuat pertahananku goyah. Ditambah lagi dengan diriku yang sangat ingin mendapatkan posisi lebih di perusahaan dengan begitu banyak keuntungan, mengantarku ke jurang pengkhianatan yang lebih dalam. Aku menjalin hubungan terlarang dengan Dalia Han sejak tahun lalu hingga akhirnya ia hamil dan kami pun menikah secara hukum tanpa sepengetahuan Helena Huang.
Aku tahu, aku telah mengkhianati cintanya yang sangat tulus padaku. Aku tahu, aku telah m*****i kesucian pernikahan kami yang didasari oleh cinta. Namun aku telah terlanjur melangkah lebih jauh demi ambisiku yang ingin hidup lebih baik dan membahagiakannya. Jika bukan karena berbagai keuntungan lebih yang di berikan oleh Dalia Han kepadaku, mungkin hingga saat ini aku dan Helena Huang masih tinggal di apartemen sederhana. Mungkin hingga saat ini aku dan Helena Huang belum memiliki mobil pribadi, dan kemana-mana harus menggunakan transportasi umum. Mungkin kami berdua masih menjadi sepasang suami istri yang hidup dalam kesederhanaan. Dan semua hal mewah yang kami miliki dan nikmati selama ini, adalah berkat kemurahan hati Dalia Han yang sangat mencintaiku. Meski aku tidak pernah mencintainya.
Kalaupun aku ingin meninggalkan Dalia Han demi cintaku pada Helena Huang, namun janin yang tengah di kandung oleh Dalia Han saat ini membuatku bertahan dengan hidup yang penuh kebohongan. Karena aku tidak ingin saat bayi itu lahir, ia tidak memiliki ayah. Meski aku tidak mencintai Dalia Han, tapi aku mencintai darah dagingku. Dan aku selalu berusaha keras untuk menutupi semua kesalahan yang telah aku perbuat agar aku tidak menyakiti perasaan Helena Huang yang sangat aku cintai. Meski sebenarnya aku akan selalu dihantui perasaan bersalah padanya dan tidak akan pernah hidup dengan tenang.
“Dalia, kembalilah ke ruanganmu. Kita tidak bisa melakukannya di kantor.” Aku terus berusaha menolak ajakan Dalia Han untuk bermesraan di kantor. Namun penolakanku tidak berlaku baginya yang selalu menginginkan hal lebih dariku. Ia terus berusaha menggodaku hingga pertahananku runtuh di waktu dan tempat yang tidak tepat.
Tidak bisa aku pungkiri, pelayanan yang diberikan oleh Dalia Han sangat baik. Bahkan ia terlihat sangat professional dibandingkan Helena Huang yang telah menjadi istriku selama dua tahun. Setiap godaan yang ia berikan padaku membuatku tidak pernah bisa menolaknya. Bahkan akhirnya kini aku bersedia meladeninya bermesraan di dalam kantorku tanpa memikirkan akibatnya. Dan akibat dari ketidak hati-hatianku saat ini sangat berdampak bagi kehidupanku dan juga rumah tanggaku bersama Helena Huang.
Aku dan Dalia Han yang larut dalam suasana, tidak menyadari kehadiran Helena Huang yang tak tahu sudah berapa lama berdiri di pintu masuk ruanganku. Yang membuatku dan Dalia Han menyadari kehadirannya adalah suara petir yang menggelegar dan juga suara benda terjatuh dari arah pintu masuk. Ini adalah awal dari kehancuran rumah tanggaku dan hilangnya cinta dari hidupku. Akhirnya Helena Huang mengetahui perselingkuhanku dan melihat kemesaraanku bersama Dalia Han yang tengah hamil anakku di depan mata kepalanya sendiri. Dan aku telah mengahancurkan hati wanita yang sangat aku cintai.
Sedikit pun aku tidak memberi perlawanan pada Helena Huang yang melangkah menghampiriku untuk memukuliku. Aku tidak mampu berkata atau melakukan apa-apa untuk menjelaskan tentang ini semua pada Helena Huang yang telah melihat semuanya. Aku hanya bisa pasrah dengan segala apa yang ia lakukan padaku. Karena aku pantas untuk menerima semuanya. Bahkan aku rela ia melempariku dengan vas bunga hingga kepalaku mengalami cedera.
Aku bisa menerima semua hal buruk yang ia lakukan padaku. Karena aku tahu aku telah melakukan kesalahan dan menghancurkan kepercayaannya. Namun aku juga tidak bisa membiarkannya melakukan hal buruk yang mengancam keselamatan calon bayiku. Saat Dalia Han berusaha menghalanginya untuk memukuliku, Helena Huang malah bertindak kasar sehingga Dalia Han yang sedang hamil besar terjatuh ke lantai dan mengalami pendarahan. Karena tindakan kasarnya itu pula, bayiku dan Dalia Han harus lahir secara premature.
Jika kemarahan Helena Huang tidak berakhir buruk seperti ini dan hanya mencelakaiku, mungkin aku akan menyuruhnya pergi segera. Tapi karena ini menyangkut keselamatan bayiku dan Dalia Han yang juga ikut cedera, dengan berat hati aku harus membiarkannya menerima ganjarannya. Aku hanya diam dan tidak membelanya saat Dalia Han melaporkannya pada polisi. Bukan aku tidak merasa kasihan atau tidak mencintainya lagi, tapi aku hanya ingin memberi efek jera padanya atas kesalahan yang telah ia perbuat. Namun sebenarnya hatiku menangis saat melihatnya dibawa ke kantor polisi dengan kedua tangan diborgol. Dan aku merasa sangat bersalah telah membiarkannya di penjara dalam waktu yang belum di tentukan.