05. SUMMER RAIN IN SHANGHAI

2063 Kata
SRIS.05 HARI YANG PALING BURUK DALAM HIDUPKU HELENA HUANG Setelah memukuli Aland Bai hingga ia terluka dan tanpa sengaja membuat istri simpanannya Dalia Han cedera karena kibasan tanganku, aku yang begitu marah atas apa yang telah mereka lakukan belum juga membuatku merasa puas.Ingin rasanya aku menghilangkan nyawa mereka berdua yang telah menyakiti perasaanku. Namun melihat darah yang mengalir dari s**********n Dalia Han yang terduduk di lantai, membuatku tersadar dengan apa yang telah aku lakukan. Dalam waktu bersamaan rasa takut muncul di hatiku yang telah menyakitinya. Sehingga aku yang merasa ketakutan dengan segera berlari keluar ruangan itu. Aku berlari sekuat tenaga tanpa mempedulikan sekitar. Aku juga tidak peduli dengan orang-orang yang melihat semua kejadian yang kini menatapku dengan tatapan mereka yang sulit di mengerti. Yang aku pedulikan saat ini hanyalah rasa sakit di hatiku dan juga rasa takut yang muncul setelahnya. Hatiku masih terasa sakit meski telah melampiaskannya secara brutal kepada kedua pasangan kotor itu. Dan aku juga merasa takut jika terjadi sesuatu hal buruk pada diriku setelah melukai mereka berdua. Saat aku baru saja keluar dari gedung perkantoran tempat dimana Aland Bai bekerja, aku melihat hujan masih turun dengan deras dan sesekali petir juga menyambar. Membuat suasana di luar ruangan cukup menyeramkan, sama dengan hidupku yang terasa suram. Namun semua itu tidak menyurutkan langkahku yang hendak pergi. Tanpa menoleh ke belakang, aku berlari di bawah derasnya hujan menuju mobilku yang ada di area parkir. Dan tanpa berpikir panjang, aku pun dengan segera mengendarai mobilku keluar area gedung meninggalkan kenangan buruk yang sepertinya tidak akan terlupakan bagiku. Selama ini aku telah mencintai Aland Bai setulus hatiku. Sekali pun aku tidak pernah berpaling darinya, apalagi mengkhianatinya. Namun kini ia malah menghancurkan hatiku dengan mengkhianatiku bersama wanita lain. Membuat rasa cintaku yang dulu begitu besar terhadapnya, kini hilang hanya dalam sekejap mata. Bahkan jika suatu hari ia meminta maaf padaku, kebencianku telah menutup pintu maaf untuknya yang telah mencurangiku. Aku mengendarai mobilku dengan kencang menuju apartemen menembus jalanan kota Shanghai yang sore ini cukup ramai. Meski saat ini hujan turun dengan deras, banyak mobil yang berlalu lalang di jalanan kota yang sangat lebar. Namun aku mengalami kesulitan untuk berkendara. Derasnya hujan di luar sana membuat pandanganku mengabur dan sulit untuk fokus. Sehingga aku yang sedang berkendara, beberapa kali hampir saja menabrak kendaraan lainnya yang ada di depan mobilku. Hari ini benar-benar hari yang buruk untukku. Sepanjang jalan menuju apartemenku, segala kenangan manis antara aku dan Aland Bai beberapa tahun terakhir kembali muncul dalam ingatanku. Melihat sikapnya yang begitu manis selama kami hidup bersama, serta dirinya yang selalu melakukan apa pun untuk membahagiakanku, aku tidak menyangka ia akan menyakiti perasaanku sedalam ini. Dan kenangan manis itu bagaikan duri dalam daging yang menyakiti diriku. Hingga muncul pertanyaan dalam benakku, apakah semua yang ia lakukan untukku selama ini hanyalah kepalsuan? Meski hatiku masih merasa sakit atas pengkhianatannya, namun air mataku tak lagi menetes seperti awal aku melihat hal yang menyakitkan tadi. Saat ini hatiku terasa lega, hingga tak ada lagi air mata kesedihan untuk pria yang tidak pantas untuk dipertahankan. Yang tertinggal hanyalah rasa kecewa, marah dan benci untuk Aland Bai yang selama ini aku cintai. Ya, rasa cintaku untuk Aland Bai yang dulunya begitu dalam, hilang begitu saja setelah melihat perselingkuhannya. Bahkan saat ini ia adalah pria yang paling aku benci seumur hidupku. BRAK...! Saat aku larut dalam pemikiranku sendiri sambil terus mengedarai mobilku, tiba-tiba terdengar suara benturan yang cukup keras dari arah depan mobilku. Dalam waktu bersamaan mobil yang aku kendarai pun berhenti dengan sendirinya seolah ada sebuah benda besar yang sedang menahannya. Merasa ada yang aneh dengan apa yang ada di depan sana, aku yang tidak bisa melihat jelas karena hujan deras dan kaca yang buram, dengan perasaan cemas bertanya dalam hati, apakah aku baru saja menabrak mobil yang ada di depan? Ingin rasanya aku keluar mobil untuk memastikan keadaan yang ada di depan sana. Namun hujan yang turun begitu deras di barengi petir yang menggelegar, membuatku yang kini hanya sendirian merasa takut. Ditambah lagi tidak ada payung di dalam mobilku, membuatku tidak ingin keluar dari mobil. Aku hanya duduk diam dan termenung di dalam mobilku beberapa saat. Hingga akhirnya aku pun dikagetkan oleh suara ketukan dari jendela kaca mobil yang ada di sampingku. TOK! TOK! TOK! Spontan aku menoleh ke samping setelah mendengar suara ketukan itu. Terlihat seorang pria dengan stelan jas hitam yang sedang memegang payung hitam berdiri di samping pintu driver. Membuatku yang melihatnya merasa sedikit takut karena perawakannya yang terlihat tidak bersahabat. Bahkan aku tetap diam di dalam mobil meski mendengar suara ketukan itu beberapa kali. Seolah saat ini suara hujan deras di luar sana membuatku tidak mendengar suara apa pun. Melihatku yang hanya diam di dalam mobil, sang pria berjas hitam itu membuka paksa pintu mobilku yang terkunci. Membuatku yang tadinya berpura-pura tidak mendengar, dengan berat hati harus membuka pintu mobilku walau di luar sana masih hujan. Baru aja aku menginjakan kaki di luar mobil, tepatnya di pinggir jalan, aku di kagetkan dengan wajah pria yang dari tadi berusaha membuka pintu mobilku dengan paksa. Pria yang dari tadi mengetuk jendela mobilku ternyata adalah pria tadi yang kakinya aku injak saat berada di dalam lift. Seketika aku tertegun melihat wajah tampannya yang menatapku datar. Dalam waktu bersamaan aku pun teringat pada kejadian saat aku berada di gedung kantor Aland Bai yang membuatku begitu malu. Aku hanya diam menatap matanya yang sendu. Sedangkan pria itu tersenyum miring menatapku dengan angkuh dan bersuara, "Ternyata kamu lagi. Kenapa hari ini aku bertemu dengan wanita sepertimu? Bertemu denganmu benar-benar membuat hariku terasa buruk." Mendengar ucapannya yang seolah mencemooh dan menghinaku, membuatku merasa kesal. Ditambah lagi dengan suasana hatiku yang dari tadi terasa buruk, membuat darah di tubuhku serasa mendidih. Dengan nada tinggi aku berkata, "Jangan asal bicara, Tuan. Apa kamu merasa dirimu sangat baik?" "Ya, tentu saja." Sambil tersenyum miring aku berkata, "Heh... Semua pria sama saja. Selalu merasa menjadi orang yang paling baik." Setelah membalas ucapan pria angkuh itu, aku yang berdiri di sampingnya dengan segera membuka pintu mobil dan memasukinya. Namun baru saja salah satu kakiku melangkah, pria itu menarik tanganku dan menahan pintu mobilku. Membuatku yang hendak memasuki mobil merasa kaget dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan? Apa kamu selalu bersikap kasar kepada wanita?" "Kamu yang membuatku kasar, Nona. Jadilah orang yang bertanggung jawab." Sambil memperbaiki posisi berdiriku, aku yang tidak mengerti maksud pria itu berbalik bertanya, "Ada apa? Apa salahku padamu? Apa kamu masih mempermasalahkan kejadian tadi di lift saat aku menginjak kakimu?" "Bukan." "Lalu?" Pria itu menujuk ke bagian depan mobilku yang menempel pada bagian belakang mobilnya. Kemudian ia menjawab, "Apa kamu lihat itu, Nona? Mobilmu telah menabrak mobilku hingga mengalami kerusakan." Seketika aku merasa kaget melihat kerusakan yang diakibatkan oleh mobilku yang menabrak bagian belakang mobilnya. Kemudian mataku tertuju pada lambang trisula yang ada pada mobil pria tersebut yang membuat jantungku berdegup dengan kencang. Di dalam hati aku berkata, astaga... Maserati. Kenapa aku bisa menabrak mobil semewah ini? Biaya untuk memperbaikinya pasti sangat mahal. "Nona, kenapa kamu diam? Apa kamu sedang berpikir untuk kabur? Apa kamu ingin lari dari tanggung jawab?" Aku yang merasa panik bercampur kesal, dengan segera mengambil tasku dari dalam mobil. Kemudian aku mengeluarkan beberapa kartu debit milikku dan memberikannya kepada pria berjas hitam itu sembari berkata, "Tuan, aku tidak tahu berapa biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki semua kerusakan yang telah aku perbuat pada mobil Tuan. Jadi ambil lah kartu ini dan biarkan aku pergi." "Tidak semudah itu, Nona. Dari penampilanmu yang begitu kacau ini, aku tidak yakin kamu memiliki uang yang cukup untuk membayar ganti rugi." Aku menatap wajah pria angkuh yang berteduh di bawah payung itu beberapa saat. Meski ia adalah seorang pria dewasa yang terlihat begitu agung, namun ia tidak memiliki perasaan. Selama ia berdiri di hadapanku, sedikit pun ia tidak merasa iba melihatku yang kehujanan. Bahkan ia hanya memayungi dirinya sendiri tanpa peduli pada wanita yang basah kuyup yang berdiri di hadapannya. Di dalam hati aku berkata, benar-benar pria egois. Melihatku yang hanya diam menatapnya, ia pun kembali bersuara, "Kenapa kamu hanya diam? Apa kamu tidak mau ganti rugi?" Dengan perasaan kesal aku berbalik bertanya, "Apa lagi yang kamu inginkan, Tuan? Bukankah aku sudah memberikan semua kartu debitku padamu? Aku tidak punya apa-apa lagi." "Mestinya aku yang bertanya padamu. Jika kamu tidak memiliki uang, bagaimana caranya kamu bisa membayar ganti rugi dari kerusakan yang telah kamu perbuat?" Aku yang kini telah menggigil karena kedinginan tidak bisa menahan emosiku lagi. Namun aku yang menyadari kesalahanku dan keterbatasanku, juga tidak ingin berdebat dengannya. Sekuat apa pun aku membela diriku, tetap saja diriku lah yang bersalah. Sehingga aku yang merasa semakin kacau dan tidak tahu harus berbuat apa lagi, mengeluarkan beberapa kartu dari dalam tasku. Kemudian aku memberikan kartu tersebut pada pria menjengkelkan itu sembari berkata, "Ini kartu identitasku, Tuan. Dan ini kartu namaku. Jika saldo yang ada di dalam kartu debit yang aku berikan tadi tidak cukup, Tuan bisa menghubungiku. Aku akan membayar kekurangannya, dengan catatan harus ada lampiran pembayarannya." "Bagaimana aku bisa mempercayai ucapanmu itu, Nona?" Dengan perasaan kesal dan nada bicara yang lebih tinggi aku menjawab, "Memangnya aku harus memberikan apa lagi agar Tuan percaya?" Sambil membuka pintu mobilku, pria itu menjawab, "Sepertinya mobilmu ini juga harus aku tahan, Nona." Aku yang merasa tidak senang dengan apa yang dilakukan pria angkuh itu, dengan segera mencegahnya untuk mengambil kunci mobilku. Aku menarik tubuhnya agar keluar dari mobilku sembari berkata, "Apa yang kamu lakukan, Tuan? Kamu tidak bisa mengambil mobilku dengan paksa." "Kalau begitu aku akan membawamu ke kantor polisi saja." "Kamu tidak bisa membawaku ke kantor polisi begitu saja. Bukankah aku sudah memberimu jaminan? Aku juga sudah memberikan kartu identitas dan kartu namaku. Apa itu tidak cukup?" "Tidak. Itu saja tidak cukup bagiku. Apakah kamu tidak melihat mobilku? Sekarang ini banyak orang yang suka menipu dan berkata bohong. Bahkan banyak yang lari dari tanggung jawab saat dihadapkan pada masalah. Jadi aku tidak yakin bahwa kamu akan mengganti rugi semua kerusakan yang telah kamu perbuat." Semakin lama berdiri di bawah derasnya hujan, membuat tubuhku yang dari tadi kedinginan semakin menggigil. Ditambah lagi perasaanku yang semakin lama semakin kesal kepada pria egois itu, membuatku ingin segera mengakhiri perdebatanku dengannya. Dan tanpa menanggapi ucapannya, aku pun dengan segera memasuki mobilku yang pintunya telah terbuka. Membuat pria itu merasa kesal dan menahanku dengan menarik tanganku sembari berkata, "Hey, Nona! Kamu tidak bisa kabur dariku. Keluarlah! Atau aku akan bersikap kasar padamu." Aku tidak mempedulikan teriakan pria itu dan tetap duduk di kursi driver. Namun belum sempat aku menutup pintu mobilku, tiba-tiba seorang polisi datang menghampiri kami dan berdiri di samping pria berjas hitam itu. Membuatku yang melihat kehadirannya merasa begitu kaget dan kembali teringat pada kejadian beberapa waktu lalu saat aku berada di kantor suamiku Aland Bai. Dengan sopan sang polisi itu berkata, "Selamat sore, Nyona." "Ya, selamat sore." "Apakah Nyonya yang bernama Helena Huang?" "Ya, benar." "Bisakah Anda keluar sebentar?" "Baik." Aku menjawab dengan singkat untuk menutupi rasa gugupku. Setelah aku kembali keluar mobil dan berdiri di posisiku semula, aku melirik pada pria berjas hitam yang masih berdiri di samping pintu mobilku yang menatapku dengan wajah datar. Kemudian aku kembali menoleh ke arah sang polisi dan bertanya, "Ada apa?" "Maaf, Nyonya. Kami baru saja mendapatkan laporan bahwa Anda telah melakukan penganiayaan terhadap Tuan Aland Bai dan Nyonya Dalia Han pemilik perusahaa SH Multimedia. Jadi kedatangan kami kemari adalah untuk menahan Nyonya." Mendengar ucapan sang polisi itu, membuatku yang menyadari kesalahanku tidak sanggup berkata apa-apa. Aku hanya berdiri diam dengan tubuh mematung tanpa sedikitpun melakukan pembelaan diri. Dalam waktu bersamaan, aku melirik pada pria berjas hitam yang kini menatapku dengan wajah iba. Dan aku juga menoleh ke sekitar jalan raya yang semakin padat karena hujan sudah mulai reda. Di dalam hati aku berkata, hari ini adalah hari yang paling buruk dalam hidupku. Saat aku menoleh ke sisi lain, aku melihat ada banyak orang di jalanan yang menyaksikan hal buruk yang sedang aku alami. Beberapa di antara mereka adalah polisi yang sedang berjaga dan berdiri tidak jauh dari posisiku berdiri saat ini. Sedangkan yang lainnya adalah pejalan kaki dan pengguna jalan raya yang melewati kami. Selain itu aku juga melihat Aland Bai tengah berdiri sendirian di samping mobilnya dan menatapku dengan tatapan yang sulit di mengerti. Bahkan ia yang ada di seberang jalan sana hanya diam melihat sang polisi memborgol kedua tanganku di depan orang ramai. Membuatku berpikir bahwa inilah yang ia inginkan agar bisa bersama wanita selingkuhannya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN