Sandra menggigiti kukunya. Dia tampak cemas. Dia takut apa yang dipikirkan Mbok Darmi benar-benar menjadi kenyataan. Hamil. Apa Sandra sanggup? Dia sebatang kara. Papanya meninggal. Suami juga tidak punya. Hanya ada Mbok Darmi sekarang. Apa yang harus dilakukannya? Bagaimana jika dia gagal mendidik anaknya? Apa perlu dia menghubungi Ghani dan memberitahukan kehamilannya? Sepertinya itu tidak perlu. Bagaimana jika Ghani justru mengata-ngatainya lagi? Menghinanya murahan? Tidak percaya jika ini adalah anaknya? Dan yang parah menyuruhnya menggugurkan anak ini. Tidak! Sandra tidak cukup gila untuk membunuh janin ini. Eh, tunggu dulu. Sandra bahkan belum mengeceknya tapi pikiran buruk sudah menghantuinya. Sandra memukul kepalanya dengan pena. Dia menyandarkan punggungnya di kursi. Dalam lub