“Sayang, jangan nangis, please…” bisik Raksa merasakan hatinya yang remuk redam melihat kesedihan di wajah sang istri. ”Gimana aku gak nangis coba? Kamu itu suami aku, Mas. Kalau kamu orang lain, mungkin aku masih bisa tenang. Lah! Kamu itu adalah sumber kekuatan aku juga, Mas. Gimana aku gak gak sedih coba lihat kamu kesakitan gini…” akhirnya tangis itu pecah dan mengisi seisi kamar presiden suite rumah sakit. ”Sayang…cup, cup, cup…jangan nangis lagi. Kita besok akan berobat ke Jerman, dan aku akan sembuh, oke?” Raksa mencoba memeluk sang istri dengan erat. Dia menangis dalam hati, sampai-sampai matanya memerah menahan agar tak sampai mengeluarkan air mata. Tidak menyangka, dia akan di buat cengeng oleh sang istri. Padahal terbaring di rumah sakit seperti ini sudah sering dia rasakan. B

