Di sebuah lorong rumah sakit, semua orang sibuk memikirkan nasib Regar. Lelaki itu kini tengah menjalani perawatan intensif hampir satu jam berlalu namun dokter yang menanganinya tak kunjung keluar juga. Indira sedari tadi hanya berdiri barisan yang paling ujung. Sembari menggigiti kuku-kukunya. "Gara-gara kamu 'kan Ra? Kamu itu ya Ra..Ya Allah Ra-Ra. Bagaimana jika Regar kenapa-kenapa? Apa yang akan kamu pertanggung jawabkan?" tanya Mama dengan nada emosi namun tidak berani membentak. Mereka sadar jika kini sedang berada di tempat umum. Memang sedari tadi, Indira menjadi sasaran kemarahan keluarganya. Ia sangat ketakutan juga, namun semua orang seakan tidak melihat kondisi psikisnya yang juga terguncang. Ya meskipun secara fisik ia tak mendapat luka apapun karena Regar memeluknya tadi

