Mendengar ucapanku sendiri serta pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Mas Nino lantas membuatku membulatkan mata dengan mulut yang ternganga lebar. “Heh, sembarangan!” ujarku sewot. “Udahlah, mending kita makan. Aku udah laper banget,” lanjutku yang langsung menyendokkan beberapa sendok kuah soto beserta dagingnya ke atas nasi putih di piringku dan menyantapnya dengan cepat. “Pelan-pelan, Kezia. Nggak ada yang mau mencuri makanan kamu,” tegur Mas Nino ketika melihat gerakan meyuapku yang cepat dan makanan di piringku yang tersisa setengah, jauh berbeda dengan piringnya sendiri yang masih bisa dikatakan hampir penuh. “Iya, iya, ba—” Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, batang tenggorokanku sudah lebih dulu tersumbat dan membuatku terbatuk-batuk sambil menepuk dadaku untuk men