“Ini orang ada masalah hidup apa, sih?” dengusku dengan gumaman, berharap Mas Nino nggak mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulutku. Setelah Mas Nino menutup pintu rumah, aku pun berjalan mendekat ke arah pintu untuk mengintip apa yang sedang dilakukan oleh pria itu di depan sana. “Jangan-jangan dia lagi transaksi narkoboy lagi,” gumamku yang entah mendapat pemikiran seperti itu dari mana. "Atas nama Kezia, Mas?” tanya pengantar makanan yang sudah memarkirkan motornya di depan pagar rumah Mas Nino. Oh, ternyata ojol pengantar makanan, toh …, batinku yang masih setia mengintip sekaligus menguping. "Iya, benar, Pak,” jawab Mas Nino cepat. “Total makanannya berapa, ya, Pak?” lanjut pria itu bertanya. “Seratus delapan puluh tiga ribu, Mas,” jawab si pengemudi yang sedang menata