"Nyonya Shireen Andika Prasetya?!" Panggilan yang terdengar dari salah satu perawat yang bertugas dengan dokter Trisna menyelamatkanku dari pertanyaan Kak Andika. Segera aku bangkit, diikuti oleh Kak Andika yang mengambil alih paper bag berisi parfum yang dikembalikan oleh Mbak Dewita, teman Dilla beberapa saat lalu. Dari ekor mataku aku bisa melihat Kak Andika menghela nafas panjang disaat dia memperhatikan parfum yang sudah terkemas rapi tersebut, seakan paham apa yang terjadi. Aku yakin dia pasti merasa semakin bersalah sebelum akhirnya Kak Andika mengikuti langkahku. Berbeda dengan dirumah sakit sebelumnya dimana para perawat dan dokter magang begitu tidak sopan dan secara tidak langsung sudah melakukan kekerasan verbal kepadaku, dokter Trisna dan juga perawat serta dokter magangnya

