Langit pagi itu mendung, seolah ikut menyesap perasaan Avia yang berat. Di dalam mobil, dia duduk di samping Dirga, menatap keluar jendela tanpa banyak bicara. Dirga sesekali melirik ke arah istrinya. Sudah beberapa hari terakhir hubungan mereka mulai membaik, perlahan dan hati-hati. Dan kali ini, ketika Avia memintanya ikut menjenguk Nathania, Dirga mengangguk tanpa tanya, dia tahu ini penting bagi Avia. Mobil berhenti di depan gedung rumah sakit jiwa yang terletak di pinggir kota, tenang dan dikelilingi pepohonan. Papan nama rumah sakit yang mulai pudar warnanya seakan menandakan waktu yang telah lama berlalu bagi para penghuni di dalamnya. Suster yang selama ini merawat Nathania, menyambut mereka di ruang tunggu. “Terima kasih sudah datang lagi, Ibu Avia. Dan ini ... suami Ibu, ya?”