Pagi itu, Avia berdiri di depan cermin panjang di kamarnya—bukan lagi di kamar tamu, tapi kamar utamanya. Meski hubungan mereka dengan Dirga belum sepenuhnya pulih, setidaknya dia mulai mencoba membuka diri. Malam-malam terakhir ini, mereka saling bertukar kata meski singkat, dan Avia mulai merasa bahwa mungkin masih ada yang bisa diperbaiki. Hari ini, dia mengenakan setelan formal berwarna krem muda, rambutnya disanggul rapi, dan wajahnya kembali dipoles dengan riasan tipis—seperti seorang pemimpin yang siap menghadapi dunia, bukan seorang wanita yang baru saja pulih dari badai perasaannya. “Pagi,” sapa Avia pada semua anggota keluarga yang menikmati sarapan bersama, ketiga adik Dirga memakai seragam sekolah mereka masing-masing. Ersha tersenyum lebar, sementara Sierra dan Kenzo saling