44. Rencana Licik

1556 Kata

Hujan gerimis membasahi kaca jendela kamar Avia saat ponselnya berdering. Di layar muncul nama yang sudah lama tak dia dengar langsung, asisten pribadi ayahnya. Avia hanya menatap layar ponsel tanpa niat menjawab. Sudah lebih dari sepekan ini dia mendengar kabar simpang siur mengenai kesehatan ayahnya yang mulai menurun. Namun, dia memilih diam. Mungkin sebagai bentuk protes diam-diam pada luka lama yang belum sembuh. Namun kali ini, bukan hanya satu kali panggilan. Setelah ponsel berhenti berdering, kembali menyala. Lalu muncul pesan singkat: “Nona Avia, mohon datang ke rumah sakit. Pak Wishnu masuk ruang ICU sejak tadi malam. Kami tak tahu berapa lama beliau bisa bertahan?” Avia memejamkan mata. Napasnya berat. Pikirannya berkecamuk antara kemarahan, luka, dan rasa tanggung jawab. Na

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN