Senja menjingga di balik jendela ruang perpustakaan fakultas hukum saat Ersha duduk menatap kosong ke layar laptopnya. Presentasi untuk seminar minggu depan sudah hampir rampung, namun pikirannya tidak tenang. Sudah dua hari Arga tidak menghubunginya. Tidak ada pesan. Tidak ada panggilan. Padahal, sebelumnya, mereka hampir selalu menyempatkan waktu bertukar kabar, meskipun hanya sekadar ucapan “selamat pagi” atau “hati-hati pulang”. Kekosongan itu kini terasa menyiksa. Ersha meraih ponselnya, berniat mengirim pesan. Tapi belum sempat jarinya menyentuh layar, notifikasi grup kampus muncul, “FYI, dosen Arga dipanggil oleh dekanat tadi siang. Ada mahasiswa yang melaporkan hubungan pribadinya dengan salah satu mahasiswi.” Jantung Ersha nyaris berhenti berdetak. Dia merasa tenggorokannya te

