Langit Ibukota pagi itu kelabu. Awan menggantung rendah, membawa nuansa hening yang mencekam. Di rumah sakit, ruang bersalin VIP paling modern telah dipersiapkan. Tim dokter kandungan terbaik pun telah siap. Termasuk dokter Rayyan, spesialis kandungan senior yang telah mendampingi Avia sejak awal kehamilan. Avia terbaring di atas ranjang operasi. Wajahnya pucat, namun terlihat tenang. Dia menggenggam jemari Dirga dengan erat. Jari-jarinya lemah tapi tatapan matanya masih menyimpan kekuatan. “Kamu kuat ya, Wonder woman-ku,” bisik Dirga, mencium punggung tangannya dengan gemetar, “aku tunggu kamu, bersama anak kita,” imbuhnya tak bisa menahan haru, suaranya tercekat di kerongkongan seperti ada kerikil yang mengganjal, begitu menyakitkan. Avia mengangguk pelan. Tak ada kata yang bisa men

