Sudah beberapa minggu ini pendapatan Galih menurun. Target siswa di semester awal sudah dipastikan gagal. Bonus akhir tahun sekaligus rekreasi tipis-tipis untuk karyawan dan pengajarnya yang biasanya rutin di bulan Desember juga kemungkinan besar gagal. Suasana hati Galih berubah buruk. Dia sering marah-marah tanpa sebab, membuat banyak keputusan mendadak yang berakhir dengan semakin buruk performa lembaga bimbingannya. Banyak siswa yang sudah tertarik bergabung, mundur dengan sendirinya. Yang sudah membeli formulir, tidak melanjutkan pendaftaran. Galih dilanda stres. Dia harus mulai memikirkan strategi baru untuk menggaet para siswa dan orang tua. "Ibu di mana?" tanya Galih pada sang adik begitu dia memasuki rumah orang tuanya. "Ada di belakang." Gina menunjuk ke arah dapur. "Tumben