"Mama, kenapa teriak?" Melani memegangi dadanya karena terkejut. Rina tidak mengindahkan pertanyaan sang putri. Dia berlari masuk dan memeriksa keadaan Melani dengan seksama. "Apa lagi yang kamu rasakan? Perutmu sakit? Apa?" Rina duduk di dekat Melani dan memegangi perut putrinya. Raut cemas tergambar jelas di wajahnya. Melani menggeleng. Keningnya berkerut semakin dalam. "Mama sebenarnya kenapa?" "Kamu yakin tidak merasakan yang lainnya?" Melani kembali menggeleng. "Aku cuma sering pipis sejak tadi. Apa ada yang aneh? Bukannya kalau hamil semakin besar itu semakin sering pipis?" Rina mengambil nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Wanta paruh baya itu tampak sedang berusaha mengontrol emosinya. Dia tidak ingin menimbulkan kepanikan untuk putrinya. Sudah bagus jika Melani

