"Puasa kamu?" Aku menatap dua buah kartu yang kini ada di tanganku, sebuah kartu debit dari sebuah bank Swasta ternama dengan prioritas untuk pemegangnya yang menunjukkan jika saldo yang ada di dalamnya sama sekali tidak sedikit, dan juga sebuah ATM merah putih. ATM yang seharusnya aku pegang semenjak kami menikah tapi nyatanya baru aku miliki sekarang. Disaksikan oleh Bu Danyon Rani Desta Ariawan, Bang Dwika terpaksa menyerahkannya kepadaku. Tidak hanya terpaksa menyerahkan masalah keuangan, tapi barusan dia pun harus merilis pernyataan permintaan maaf ke publik lengkap dengan dia yang mengakui khilaf dan juga menepis jika rumah tangga kami berakhir karena orang ketiga. Bahkan dalam permintaan maaf yang di rilis resmi oleh bagian humas Batalyon tersebut, Bang Dwika harus mengatakan jika

