"Papa akhirnya pergi ya, Ma." Pagi itu pasca perdebatan yang di hadiri oleh keluarga Bang Dwika, ucapan Dika di pagi harinya lah yang membuatku tersentak. Ada rasa ngilu yang tidak menyenangkan aku rasakan saat putraku yang masih enggan bersekolah karena bullyan yang dia dapatkan tersebut mengungkapkan apa yang dia rasakan saat melihat kursi yang seharusnya Ayahnya duduki kini kosong. Ya, sejak Bang Dwika berkata jika dia pasrah dengan keputusan apa yang akan aku ambil atas hubungan kami ini tidak sesuai dengan apa yang di harapkannya, dia pergi begitu saja. Aku tidak tahu apa Bang Dwika pulang ke rumah orangtuanya, atau malah pulang ke rumah Nana. Aku tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu. Dalam hal ini aku menyerahkan semuanya pada takdir. Aku yakin Tuhan tidak akan memberikan ujian

