"Om dokter, gendong Dika dong. Dika mau pilih-pilih rasa buat dokter sama Mama." Menurut dokter Abra meraih tubuh kecil Dika dalam gendongannya. Bersisian dengan dua orang pelayan outlet yang berbeda, ayah dan anak ini saling memesan, tapi Dika sama sekali tidak peduli atau bahkan sekedar melirik ke arah Papanya. Di antara berjuta kemungkinan yang ada di dunia ini. Aku tidak habis pikir kenapa Takdir begitu kejam berlaku pada Dika. Ini bukan sebuah kebetulan biasa, tapi satu kebetulan yang sangat menyakitkan untuk Dika, karena selama ini Dika selalu merengek pada Papanya mengajaknya untuk bermain disini di akhir pekan namun selalu Papanya tolak dengan alasan sibuk. Tapi lihatlah, bersama anaknya Bang Dwika tidak pernah mengusahakan waktu luang. Aku dan Dika paham sebagai seorang Danton

