"Apa dokter magang sesantai ini sampai dokter bisa meluangkan waktu menemui Dika?" Menunggu Dika yang kini masuk ke dalam ruangan dokter Amira, aku memilih menunggu di luar ruangan. Kursi dengan sandaran ini terasa begitu nyaman saat aku memilih merebahkan punggungku saat dokter Abra menyerahkan secangkir kecil kopi untukku. Rumah sakit bagus lengkap dengan pelayanan yang bagus pula. Mesin kopi tersedia di setiap lorong dan lantai membuat siapapun yang tengah menunggu mereka yang berkonsultasi menjadi nyaman. Dan yah, rasanya enak. "Sebenarnya tidak, Mbak. Apalagi ini akhir tahun magang saya, semua kasus sudah saya dapatkan, tinggal beberapa langkah menjadi dokter umum sebelum ambil spesialis. Intinya saya sibuk, tapi saya juga ingin bertemu dengan Dika. Mbak mungkin sudah bosan mendeng

