Keesokan harinya, Naira terlihat sudah bersiap untuk mengunjungi tempat peristirahatan anaknya. Dia terlihat duduk di atas ranjang rumah sakit dengan raut wajah yang terlihat sangat gelisah, Naira tahu bahwa semua ini sudah takdir yang di gariskan oleh Tuhan untuknya. Akan tetapi, rasa sakit itu melebihin rasa sakit saat mengetahui pesawat yang di tumpangi keluarganya jatuh dan menewaskan semua penumpang di dalam nya.
Air mata nya mengalir mana kala mengingat betapa berat perjuangan seorang Naira saat mengandung buah hatinya, bahkan ia tak tahu apakah anak yang saat ini di dalam kandungan nya sudah membaik atau memang sudan tidak ada lagi nyawa yanh bersarang di dalam perutnya.
Ia mengusap pelan perut miliknya itu, “Naira,” panggil Rachel.
Sembari menatap kearah Rachel, tatapan mata Na
