Setelah bertemu dengan Naira dan Davis, hati Alena pun mulai bergejolak. Ia merasa takut jika dirinya tak mampu mendapatkan Davis, ia mengakui bahwa kecantikan Naira tidaklah sebanding dengan nya. Alena terlihat terdiam dan hanya menatap kaca yang memantulkan bayangan dirinya, ia pun mengerucutkan bibir mungilnya. Sang ayah yang saat itu melihat keadaan nya pun hanya tersenyum dan mencoba menghibur dirinya, “Bosan ya ikut Papa kerja di Jakarta, besok juga kita pulang kok.” seru Hendrawan. “Tidak Papa, aku hanya kesal saja.” Jawab nya sembari menumpukkan kedua tangan nya itu, Hendrawan pun bertanya kepada anaknya itu. “kesal kenapa? Siapa yang membuat mu kesal?” Alena tak mau menjawab apapun, ia beranjak dari tempat duduknya dan beralih menatap kaca jendela luas di dalam kamar hotel ters

