“Kak Lita, hape Kakak bunyi. Ada yang telepon, ... wah ternyata Kak Kana! Angkat ya!” Adira kegirangan dan langsung mengambil ponsel Lita yang ada di meja. Arkana memang telepon, tentu saja Lita yang baru keluar dari kamar mandi tak berharap berurusan dengan pemuda itu walau hanya melalui sambungan telepon. Lita bahkan refleks mematung di bibir kamar mandi yang kaitan pintunya baru saja ia lepas karena ia tak berharap telepon dari Kana sampai diangkat. Terlebih, itu telepon video. “Dira, Kak Lita mana?” tanya Arkana dari seberang sana. Arkana yang memakai piama panjang warna abu-abu, tampak sudah mengantuk. Sadar Adira langsung menoleh padanya, Lita menggerak-gerakkan kedua tangannya di depan wajah dan memang bermaksud memberi Adira kode agar gadis kecil itu tak mengatakan keberadaannya