Nadira membuka matanya dengan susah payah setelah mendapat guncangan hebat. Entah kenapa, tubuhnya terasa begitu lelah. “Loe itu tidur apa ngebangke sih?” tanya Meta dengan kesal dan tanpa henti menggoyangkan tubuh Nadira yang baru setengahnya terbangun. “Gue tahu kalo loe itu pelor. Tapi apa emang mesti se bangke ini?” Gerutu sahabatnya itu seraya menarik kedua tangan Nadira supaya gadis itu bangkit dari tempat tidurnya. “Nyokap loe panik, pikirnya loe pura-pura mati karena gak mau jadi ngawinin Sir Erhan. Kalo emang tahu gitu, kenapa gak loe kasih laki loe sama gue aja?” cerocos Meta tanpa henti. “Trus loe mau ngasih Ganjar sama siapa? Sama si Winny anak pemasaran?” ledek Nadira dengan kuapan lebarnya. Ia menggeliat dalam duduknya dan mengerang dengan keras sebelum kemudian bangkit dan