Aku membiarkan Roni melakukannya. Walau aku tahu jawaban hatiku saat ini. Jujur saja, masih ada nama orang lain di hatiku. Setiap sentuhan yang Roni berikan, selalu wajah itu yang mampir di benakku. Roni menyudahi ciumannya. Kening kami beradu, mengatur nafas agar kembali normal setelah sentuhan yang hampir menghabiskan oksigen di sekitar kami. "Apa ... kamu sudah tahu jawabannya?" tanya Roni dengan nafas yang masih memburu. Kedua tangan pria itu masih melingkar di pinggangku. Aku mengangguk pelan, "Ya, dan maaf, Ron. Aku masih belum bisa ...." "Sst," Roni menempelkan telunjuknya di bibirku. Ia nampak memejamkan kedua matanya, "Jangan lanjutkan! Aku sudah merasakannya. Berjanjilah! Setelah aku melepas pelukanku, kamu gak akan membenci dan menjauhiku. Tetaplah jadi teman terbaikku," lan