Megano menatap nyalang ke arah Cinta yang tengah makan sambil bercanda dengan Langit di kantin kantor. Ada rasa menggelegak tak terima di dalam dirinya melihat pemandangan yang sanggup menyalakan api cemburu di dalam d**a itu. Kembali terngiang perkataan papanya, pilihannya hanya dua tentang dirinya dan Cinta. Cinta benar-benar menjadi miliknya atau gadis itu mati di tangan papanya.
“Seperti inikah perasaan Papa waktu itu ketika menginginkan Ibu Johana dan ketika wanita itu justru memilih lelaki lain?” batin Megano sambil mendengus perlahan, kemudian menunduk berusaha meredam kecamuk hatinya.
Tak hanya fikiran tentang papanya, tapi bayangan mamanya kembali berkelebat di ingatannya. Wanita cantik yang begitu sabar, yang ternyata tak pernah di cintai oleh papanya. Sang Papa hanya menikah d
