Cieee, pengantin ba-ruuu," kata Mbak Cinta saat aku berjalan ke arahnya. Ia mengerlingkan mata menggoda sambil tersenyum kecil penuh arti seolah membayangkan sesuatu yang lucu. Ia mengambil spatula lalu membalik tempe mendoan dan lagi-lagi tersenyum. Aku mendelik padanya. "Rambutnya ba-saaah," katanya lagi. Aku meraih kacang panjang lalu membawanya ke kursi, memetikinya menggunakan tangan. Mbak Cinta sesekali memandangku dan tersenyum. Mantan kakak maduku itu jelas tak tahu bahwa Ed sama sekali tak menyentuhku dengan alasan yang membuatku risau. Mana mungkin coba aku menuruti keinginannya agar kami nikah secara hukum juga? Katanya agar pernikahan kami kuat. "Kenapa kesal begitu wajahnya? Pengantin baru seharusnya senang. Ada apa dengan wajahmu itu?" Ia mendekat. Duduk di sampingku terli