"Na, buka."
"Gak ada gunanya juga kamu masuk! Aku hanya dianggurin aja!" sahutku dari dalam kamar.
"Kamu benar-benar ingin 'butuhku, Na? Ingin sekali, Na?"
Suaranya dari luar tampak menggoda. "Aku pun ingin. Tapi menahan itu sampai kamu dan mantan suamimu resmi cerai dan kita menikah secara resmi. Setelah itu, tanpa kamu harus minta aku akan mendatangimu."
Terdengar suara Mas Zain mengucap salam. Langsung saja aku membuka pintu kamar lalu menarik Ed masuk. Mas Zain tidak boleh tahu bahwa adiknya ini masih keukeuh pada pendirian awal, menikah hanya untuk bercerai agar bisa kembali pada Mas Yoga.
Kurasakan dadaku berdebar saat bersitatap dengan Ed. Aku mendorongnya pelan ke pembaringan lalu menghampirinya. Aku tak mau menunggu lebih lama lagi. Biar aku memulai duluan.
"Kamu benar-ben
