3

794 Kata
Pagi yang sial sekali. Nayara mengangguk kecil dan treus menunduk. Entah bagaimana kehidupannya setelah ini. Rasanya Nayara tidak bisa lagi membayangkan amarah Papa Utama jika tahu dirinya sedang berbadan dua. "Kalau kita bicara di tempat lain bisa? Eum ... Jangan disini ..." ucap Naya sambil melirik ke arah kanan dan kiri. Denis mengangguk kecil dan tersenyum manis sekali, "Tentu saja bisa." Nayara segera bangkit berdiri dan berjalan lebih dulu keluar kantin. Begitu juga dengan Denis yang ikut mengekor Nayara keluar kantin dan tetap berjalan di belakang Naya. Naya membalikkan tubuhnya dan menatap tajam ke arah Denis. "Kita mau kemana?" tanya Naya dengan galak. Ia takut jika ada orang yang melihatnya bersama lelaki tua. Apalagi yang melihat adalah teman-teman satu angkatannya. "Lho ... Kamu yang ajak aku keluar. Aku turuti. Sekarang malah kamu yang nanya sama aku. Mahasiswi sekarang memang aneh-aneh," jelas Denis menggeleng pelan sambil tertawa. "Kamu kan laki-laki seharusnya peka dong mau kemana," ucap Naya bingung. Denis menatap Naya sekilas dan langsung menarik tanagn Naya ke arah parkiran mobil yang tidak jauh dari sana. Denis membukakan pintu mobil dan menatap Naya yang berdiri di samping mobil Denis. "Kita mau kemana?" tanya Naya yang kini malah merasa ketakutan. "Tadi katanya mau bicara. Mana mungkin aku bakal macam-macam sama kamu," jelas Denis meyakinkan. Naya mengangguk pasrah. Ia tadi yang menantang untuk bicara di tempat lain. Sekarang malah degup jantungnya tak karuan saat Denis sudah peka ingin mengajak Naya pergi. Naya sudah duduk di kursi bagian depan sambil memeluk tasnya. Denis pun sudah masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman lalu menyalakan mesin mobil. Ia menoleh ke arah Naya dan membantu Naya memasang sabuk pengaman. Naya menatap Denis dengan lekat. Wajahnya tampan dan jelas, usia Denis lebih tua dari Naya. Denis segera menjalankan mobilnya keluar dari Kampus. "Kita mau kemana?" tanya Naya serius. "Kamu mau bicara dimana? Di restoran? Di mall? Atau di Apartemenku?" tanya Denis serius. Ia melirik ke arah Naya untuk mencari jawaban dan kembali fokus pada setir mobilnya. "Terserah ..." ucap Naya pasrah. Ia benar-benar kacau. Ia mencari sesuatu di dalam kantong kecil di dalam tasnya lalu mengeluarkan sebuah benda pipih dan menunjukkan benda itu kepada Denis. Denis yang sedang menyetir langsung mengerem mendadak saat melihat alat tes kehamilan dengan hasil dua garis merah yang berarti positif. "Ka -kamu hamil?" tanya Denis memastikan. Naya mengangguk lemah. Dalam hatinya kesal juga mendengar jawaban Denis. Tidak lihat apa, ada hasil positif begitu sudah pasti hamil. "Jelas kan?" ucap Naya ketus. "Hu um ..." jawab Denis singkat. Ia tidak kaget. Ia tahu resiko berhubungan badan itu pasti kehamilan. Apalagi tidak memakai pengaman seperti malam itu. Denis segera melanjutkan perjalanannnya menuju apartemennya. "Gak usah takut. Ini apartemen aku. Aku harap kita bisa bicara baik -baik di dalam," jelas Denis membelokkan mobilnya ke dalam parkiran bawah tanah. Denis keluar dari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Naya agar keluar dan segera naik ke unit apartemennya. Baru seminggu kemarin, Denis kembali dari luar negeri. Sebualn yang lalu ia datang ke Indonesia hanya untuk berlibur. Karena kesalahan satu malam membuat Denis kembali ke Indonesia lagi dan mencari gadis yang tidak sengaja ia tiduri malam itu. Ia bahkan tidak meminta ijin kakeknya untuk kembali ke Indonesia dan malah bekerja sebagai dosen. Langkah kaki Naya begitu pelan. Ada keraguan tapi sekaligus ada kelegaan. Tapi entah setelah ini mereka akan seperti apa? Apakah lelaki bernama Denis itu akan bertanggung jawab atau sebaliknya? Jangan-janagn malah akan menyuruhnya menggugurkan bayi itu? Pintu unit Apartemen sudah terbuka dan Denis mempersilakan Naya masuk ke dalam. Aroma wangi dari aromaterapi khas sereh membuat indera penciuman Naya terasa dimanjakan. Naya memandang takjub isi apartemen yang terlihat biasa dari luar dan fasilitasnya begitu lengkap dengan barang-barang yang bermerek dan elegan. "Duduk dulu ..." titah Denis melepas jas hitamnya dan langsung berjalan ke arah dapur untuk mengambil sesuatu dari dalam kulkasnya. Kebetulan ia memiliki jus buah asli yang ia buat tadi pagi dan kini ia sediakan untuk Naya. "Minumlah ... " titah Denis sambil menggulung lengan kemejanya dan duduk di salah satu sofa tunggal. "Te -terima kasih," jawab Naya gugup sekali. "Aku sudah perkenalkan diriku. Namaku Denis Mahendra. Terserah kamu mau panggil aku apa. Mau Denis, Hendra, terserah ... Enaknay kamu aja," titah Denis lantang. "Hmmm ... Iya. A -aku ...." ucapan Naya langsung terhenti karena pada saat yang sama, Denis menyela kalimat yang terlontar dari bibir Naya. "Nayara Prameswari, mahasiswi pencinta alam yang kini duduk di tingkat tiga semester enam," jelas Denis lagi. Kedua mata Nayara langsung membola. Begitu tepat sekali yang Denis ucapkan. "Kenapa? Ada yang salah?" tanya Denis terkekeh. "E -enggak ... Betul sekali," jawab Naya singkat. Denis berdiri dan kini duduk di samping Naya. "Kita menikah secepatnya ..." jelas Denis dnegan suara meyakinkan. "Apa?! Me -menikah?!" ucap Naya sponta. Ia terkejut dengan ajakan Denis yang tiba-tiba.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN