( Segala hal pasti memiliki alasan )
Rumah itu mewah, terletak di kawasan elit kota N. Taman bunga yang mengelilingi pekarangan itu menjadi daya tarik tersendiri, kolam ikan dengan patung ballerina di tengahnya mengalirkan air mancur yang keluar dari telapak tangan sang balerina membuat kolam itu terlihat indah dan anggun. Suara musik klasik terdengar di dalam rumah tersebut. Rumah keluarga Vaunt.
Keluarga Vaunt terlahir dengan jiwa seniman di dalam darah mereka, hampir seluruh keluarga Vaunt merupakan seniman terkenal. Bakat mereka tak hanya diakui oleh negara sendiri bahkan di seluruh dunia nyaris mengenal nama Vaunt. Vaunt adalah nama keluarga Vionna. Kakek buyutnya ialah seorang komposer legendaris yang mengantarkan nama Vaunt ke dalam jajaran orang - orang berpengaruh di dunia musik. Neneknya merupakan seorang ballerina terkenal. Ayah Vionna sendiri merupakan seorang pianis, sedangkan ibunya juga seorang ballerina yang tak kalah terpandang dari nenek buyutnya dulu. Dan Vionna mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang pianis. Sedangkan adik perempuannya yang masih berumur 16 tahun begitu berbakat dalam dunia musik. Bahkan Veronica sudah digadang - gadang bakal mengikuti jejak kakek buyutnya yang seorang komposer legend. Keluarga Vaunt ialah bibit unggul. Sempurna dan berbakat, tercipta dari keindahan jiwa seni yang melekat dan mendarah daging. Segalanya yang ada di keluarga tersebut sangatlah tertata, elegan dan mewah. Hidup mereka untuk seni, semuanya adalah seni, termasuk jalan hidupnya.
Alunan musik klasik yang berasal dari piringan hitam berpadu dentingan piring di meja makan menjadi ritual ketika makan keluarga berlangsung. Tak ada percakapan, semua duduk tegak dengan anggun, serbet putih terpasang di masing - masing daada, sendok dan garpu berada di tangan kanan dan kiri, semua makan dengan kidmat, elegan dan sunyi.
Vionna memakan sticknya dalam diam. Manik coklatnya sesekali melirik ke arah wanita berusia sekitar 50 tahunan yang masih terlihat muda dan bertubuh lencir nan indah hasil dari seni mengolah otot - ototnya ke dalam sebuah tarian angsa yang disebut balet. Di sampingnya, adik perempuannya duduk dengan tenang tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
Nyonya Vaunt mengangkat sebelah tangan memberi aba - aba kepada pelayan untuk menghentikan musik. Ia kemudian meletakkan sendok dan garpunya lalu dengan gerakan elegan menyeka mulutnya dengan serbet putih yang telah disediakan.
“Ku dengar kau tidak pulang ke rumah suami mu lagi.” Suara tegas Nyonya Vaunt membuka keheningan. Menyingkirkan serbet putih, atensinya tertuju pada anak pertamanya, Vionna.
Untuk sejenak tubuh Vionna menegang. Ia menghentikan aksi makannya lalu perlahan menatap mata ibunya yang angkuh seperti elang. Vionna mengangguk, “Ya, aku ingin pulang karena rindu kalian.” Jawabnya sembari tersenyum meski yang dimaksud tidak menunjukkan reaksi berarti.
Adiknya hanya memandangi Vionna dengan datar kemudian menunduk kembali melanjutkan makannya. Sementara ibunya diam dengan sebelah alis terangkat. Ya, itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Vionna.
“Ku harap itu alasan yang benar.” Nyonya Vaunt berdiri. Ia meraih jaket bulu yang ada di kursi sebelahnya kemudian mengenakannya, “Kau jangan sering - sering menginap. Ayah dan ibu tidak ingin mendengar hal - hal yang tidak baik.”
Dengan lesu Vionna mengangguk, “Ya, ibu.”
“Setelah ini kembalilah dan temui suami mu.” Ujar Nyonya Vount. Ia melirik anak keduanya, “Ayo Vero, kita berangkat.” tanpa berkata lagi, Nyonya Vaunt berjalan meninggalkan ruang makan bersama anak keduanya untuk mengantarkannya mengikuti pelatihan musik. Sepeninggal ibunya, Vionna langsung menghela nafas lega. Atmosfir ruangan yang tadinya terasa menyesakan dalam sekejap menghilang seolah diganti dengan udara sejuk yang menyegarkan.
Vionna memejamkan mata. Merasa sangat lelah. Kemarin ia bertengkar dengan Andrew, dirinya tidak terima bila suaminya menyuruh orang untuk mengikutinya. Dia pulang ke rumah berharap menemukan ketenangan dan kehangatan agar meredamkan hati serta pikirannya. Namun yang didapat tetap sama. Yakni kekauan. Atmosfir mencekam seperti di penjara. Apalagi jika ayahnya berada disini, suasana rumah itu bagaikan patung yang agung.
Dia merasa hidupnya hampa. Tidak ada sesuatu yang menghibur hatinya. Yang membuat hidupnya berwarna dan menyenangkan. Bahkan ketika menikah selama 5 tahun ini, perlahan - lahan dia merasa hambar. Suaminya memang pria yang sangat baik. Andrew adalah lelaki yang lembut, pendiam, tidak pernah neko - neko, dan penuh sopan santun. Namun Andrew yang terlampau baik membuatnya tidak merasakan sesuatu yang namanya perbedaan. Dia bosan.
Selama ini ia merasa hidupnya begitu lurus dan monoton. Tak ada warna sama sekali. Dia menikah dengan Andrew, pria kaya raya pewaris tunggal Yayasan Rixton Grup, dan dirinya bisa menerima Andrew sebagai suaminya. Andrew memberikan apapun yang ia inginkan termasuk cita - citanya menjadi seorang pianis terpandang melalui Yayasan Rixton Grup. Dia bangga dan merasa mujur. Namun ternyata semua itu tak membuatnya bahagia.
Ia mulai bosan, hampa dan hambar.
Lalu dia sadar, ia pernah merasakan kebahagiaan. Ketika dulu dirinya begitu dekat dengan seorang lelaki yang membuat hari - harinya cerah dan penuh warna. Kekasihnya, Lucas.
Vionna tersenyum ketika mendapat balasan pesan dari Lucas. Hanya sebuah pesan saja sudah membuatnya gembira. Dia sadar bahwa lelaki inilah yang mengubah dunianya yang kering menjadi penuh bunga. Dengannya ia bisa tertawa lepas, mengeluarkan ekspresinya secara bebas. Apalagi Lucas kini menjadi pria yang hebat, jauh lebih gemilang dibanding Lucas 10 tahun lalu. Dan lelaki itu masih menyimpan namanya di hatinya.
Dia ingin kembali.
***
“Namanya adalah Jack, atau orang-orang biasa memanggilnya tuan L. Ya, CEO JL Company memiliki banyak panggilan. Dan ternyata dia sangat tampan."
Bahan obrolan baru bagi karyawan Decide. Seperti biasa, di sela - sela istirahat, karyawan - karyawati Decide berkumpul saling berbagi cerita. Bertukar info dan kebanyakan gibah. Segala hal yang heboh pasti akan dibuat bahan obrolan mereka. Dan sekarang info yang menjadi trending nomer satu di Decide ialah mengenai sosok CEO perusahaan yang saat ini menjalin kerjasama dengan perusahaan mereka yang ternyata masih muda dan berwajah rupawan bagai aktor serta model.
Kabar ini pertama kali berhembus dari mulut salah satu karyawan wanita yang mengikuti meeting kemarin lalu menyerembet dari mulut ke mulut. Tapi tentu saja itu bukan Clara, melainkan oleh pegawai lain. Dia terpana akan pesona CEO JL Company, sebagai wanita normal dan tentunya masih lajang, ia tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap Lucas. Bagaimana pun Lucas memang tampan, dan jabatan sebagai CEO menambah poin plus. Apalagi CEO itu sangat ramah.
"Wah, kalau begitu aku menyesal tidak menjadi perwakilan saat itu." Shopia yang ikut dalam gerembolan memasang wajah menyesal. Kalau saja waktu itu dirinya tidak menyuruh Clara menggantikan posisinya, ia bisa melihat wajah tampan yang membuat matanya segar. Syukur - syukur kalau CEO itu terpesona oleh keseksiannya. Hehe.
Tawa Shopia dalam hati.
"Tapi dengar - dengar dia playboy." Ujar salah satu karyawan.
"Orang tampan apalagi kaya, wajar jika playboy." timpal Shopia yang mendapat anggukan setuju oleh rekan-rekannya. Ya, memang benar kata pepatah, seberapapun buruknya kelakuan seseorang, good looking memang selalu dimaklumi.
Ahh, ngomong - ngomong tentang CEO JL Company, Shopia yang selalu kepo jadi penasaran seperti apa penampilannya. Mata Shopia mendadak berkilat, ia memikirkan cara jitu supaya tahu wujud dari CEO itu. Shopia merogoh ponselnya lalu mengetik sebuah pesan.
'Clara, kau sudah berada di JL?'
Tak berselang lama pesan terbalas.
'Baru sampai. Ada apa?'
Shopia menyeringai, lalu segera mengetik dengan semangat.
'Aku ingin melihat CEO JL Company. Kirim kan fotonya! Penting.'
Beberapa menit tidak ada balasan. Shopia menunggu dengan tidak sabar. Ia bisa membayangkan bagaimana ekspresi Clara saat ini. Pasti temannya itu akan menggelengkan kepala tak habis pikir dan membalas dengan kalimat singkat. Kalau bukan 'Ya, atau tidak.' Shopia sudah menyiapkan balasan supaya temannya itu memenuhi permintaannya. Salahnya Clara tidak menceritakan kesan pertemuannya dengan para petinggi JL Company kemarin. Ya bisa dimaklumi. Temannya itu memang jarang sekali bercerita apalagi masalah pria. Sebagai wanita, Clara bisa dibilang tidak normal. Sangat acuh pada lawan jenis.
'Untuk apa?'
Balasan dari Clara. Dan Shopia dengan lancar mengetikkan alasan yang masuk akal agar Clara menuruti permintaannya.
'Aku kalah taruhan, dan para karyawan menyuruhku untuk mendapatkan foto CEO JL. Jika tidak, mereka akan membuat ku menari di depan umum.'
****
Clara mengerutkan kening membaca pesan Shopia. Ia menggeleng tak habis pikir, ada - ada saja. Di waktu luang, karyawan Decide memang seringkali memainkan permainan abrsud. Siapa yang kalah, wajib menerima tantangan. Dan siapa yang tidak melaksanakan tantangan tersebut akan mendapat hukuman menggelikan.
Untung dirinya tidak pernah ikut permainan konyol itu.
'Oke.'
Balasnya, ia memasukkan ponselnya ke saku celana kemudian melangkah memasuki kantor cabang JL sembari memikirkan cara bagaimana dirinya mendapatkan foto CEO JL. Sementara dirinya sendiri tidak yakin yang mana CEO JL Company itu.
***
Clara duduk di ruang tunggu, ia mengamati ruangan itu dan bergumam takjub dalam hati. Seperti inilah perusahaan besar, kantornya tertata dan tampak mewah. Ini baru pertama kali dirinya menjejakan kaki di perusahaan sekelas internasional. Rasanya seperti mimpi. Biasanya, sebagai karyawan dengan posisi yang masih terbilang rendah, ia tidak akan mungkin ditugaskan untuk menjadi juru utama yang menangani kerjasama antar perusahaan secara langsung. Masih ada dua rekannya yang lain yang lebih senior dan kompeten daripada dirinya, namun entah kenapa, dari dua orang itu bossnya lebih memilihnya. Mungkin ini sudah keberuntungannya. Mungkin setelah 5 tahun bekerja, jabatannya akan naik.
"Hai."
Suara itu menyentak lamunannya. Ia menoleh dan mendapati seorang pria yang amat menyebalkan bersandar di depan pintu, menyapanya dengan santai. Seolah mereka adalah teman akrab.
Lucas. Huh
"Ya ampun, kenapa ekspresi mu selalu seperti itu ketika melihat ku?" Lucas menghampiri Clara, dengan santai duduk di sebelahnya.
"Kau mau menemui ku kan?"
Clara langsung melempar tatapan galak pada Lucas. Pria itu sama sekali tak tersinggung malahan tersenyum jenaka. "Kalau tidak, kenapa kesini?"
"Aku mau menemui CEO JL Company." jawab Clara dingin.
Untuk sejenak Lucas tertegun. Lalu kemudian ia mengamati wajah Clara yang tampak biasa-biasa saja saat berkata seperti itu. Seolah gadis ini memang tidak tahu apa-apa. Perlahan senyuman Lucas mengembang, matanya berkilat jahil, "Kau ingin menemuinya? Kau tak tahu siapa CEO disini ?"
Clara diam sejenak. Kalau ia tak salah, CEO JL ialah pria botak dengan perut buncit, atau mungkin pria berkaca mata kemarin. Dengan malas Clara menjawab, "Yang ku tahu namanya adalah tuan Jack." Kening Clara berkerut, "Atau biasa dipanggil tuan L."
Hening sejenak. Tidak ada suara lagi yang terdengar. Detik itulah seolah Clara tersadar akan sesuatu. Matanya melebar, tubuhnya menegang.
L.... ?
Seketika Clara menoleh ke arah Lucas. Pria itu sudah memasang senyum manis, "Benarkan, kau ke sini untuk mencari ku."
***
Oke. Setelah bab ini kalian akan tahu kenapa di innovel/dreame cerita ini judulnya 'Menggoda tuan L.'