Kenapa harus dia?

1292 Kata
"Vionna." Lucas tampak terkejut melihat kehadiran wanita itu. Ia tak menyangka jika Vionna berada di hotel ini. Lucas memberi isyarat kepada sekretarisnya untuk meninggalkan mereka. Paul menurut. Ia segera keluar lift, sedangkan Lucas masih terdiam di dalam lift menunggu Vionna masuk. Beberapa detik kemudian lift tertutup. Lucas memencet tombol lantai atas, ia melirik Vionna. "Kenapa ke sini? Aku sudah bilang kita bertemu nanti." "Aku tak tahu kau berada di sini. Aku juga terkejut." Vionna melirik Lucas yang berdiri tegap di sampingnya. Mantan kekasihnya itu menjadi lebih berkharisma dari sebelumnya. Ia menyelampirkan rambutnya ke belakang telinga, "Aku ada pertemuan dengan orang-orang orkestra." "Mungkin kita memang ditakdirkan bertemu." Tambah Vionna. Ia tersenyum bahagia kemudian memeluk Lucas erat. "Aku merindukan mu." "Bagaimana jika suami mu tahu kau memeluk pria lain?" Lucas melepas pelukan Vionna. Ia menatap Vionna menilai, "Aku tak mau terlibat masalah." "Maafkan aku! Bukan maksudku~" Vionna tak menyelesaikan ucapannya. Menggingit ujung bibir, ia bergeser dan menunduk malu. Tindakannya memang memalukan seperti tak punya harga diri. Tetapi ia tak bisa membohongi perasaannya. Ia bahagia, suasana hatinya mendadak cerah ketika bertemu sang mantan oleh karena itu secara refleks ia memeluk Lucas, menghirup aroma yang sudah lama ia nantikan. Merasakan kehangatan yang dirindunya. "Jangan lakukan itu!" Lucas mengamati Vionna. Ia mendengkus. Dengan pelan melangkah mendekati Vionna yang terkesiap dengan ekspresi bingung saat Lucas tiba - tiba mendekat seperti predator yang hendak memangsa buruannya. Ia memepetkan wanita itu di dinding. Menatap Vionna intens, "Jangan menggigit ujung bibir mu seperti itu lagi." Bisik Lucas, ia mengusap bibir Vionna lembut. "Kau tidak tahu apa yang akan pria lakukan jika melihat mu seperti itu." Mata Vionna terpejam ketika Lucas menundukkan kepala hendak menciumnya. Tetapi sebelum semua itu terjadi, Lucas menghentikan aksinya. "Sayang sekali kau adalah seorang isteri." Lucas mengangkat kepalanya. Mundur selangkah, ia tersenyum sinis, "Aku tak mau tidur dengan wanita bersuami, Anna." Ting. Lift terbuka, ia menatap Vionna yang tertunduk dengan wajah memerah. "Aku harus bertemu dengan klien ku. Sampai bertemu nanti, Anna." Lucas keluar, tanpa berbalik ia kembali berkata, "Dan berhati-hatilah! Ku rasa suami mu mengutus orang untuk mengawasi mu." Vionna tersentak kaget. Sebelum sempat menanyakan lebih lanjut, lift kembali tertutup. Ya, tadi ketika tak sengaja berjumpa dengan Vionna di lift, sekelebat Lucas melihat seseorang seperti membuntuti perempuan itu. Oleh karena itu Lucas bersikap biasa. Tak tesenyum maupun menyambut ramah Vionna. Lalu membiarkan Vionna masuk ke dalam lift seperti halnya orang asing. **** "Kenapa dirinya yang selalu melihat ini?" Clara mendengkus. Matanya melebar ketika tak sengaja melihat dua insan manusia berwajah familiar berada dalam satu tempat. Bedanya yang satu di dalam lift, sedangkan yang satunya lagi berada di luar lift. Dan yang pasti mereka sebelumnya berada dalam lift yang sama entah melakukan apa. 'Ohh, Andrew yang malang.' Semoga saja apa yang ia pikirkan tidak benar. Bahwa Vionna dan lelaki itu baru saja menghabiskan malam di sini. Vionna, Vionna, sudah mendapat suami terbaik kenapa masih saja berhubungan dengan pria lain. Apalagi pria itu adalah pria tengil menyebalkan. Playboy kurang ajar. Ya, Clara bisa menyimpulkan bahwa pria selingkuhan Vionna itu adalah seorang playboy kelas kakap. Clara menggeleng tidak habis pikir. Apa yang sebenarnya Vionna cari? Uang? Pria simpanan Vionna desas - desusnya adalah sang mantan yang juga pengusaha berinisial L. Berarti lelaki br*ngs*k itu pastilah orang kaya. Tetapi bukankah Andrew juga kaya? Aduh. Clara menggeleng. Semakin dipikirkan, semakin pusing. Ia tak mau memikirkan hal-hal rumit seperti itu. Perasaan manusia memanglah sulit ditebak. Namun dari banyaknya manusia di dunia ini, kenapa dialah yang selalu memergoki mereka. Clara jadi merasa bersalah pada Andrew. Antara ingin memberi tahu atau hanya diam saja. Ia takut dan dilema. Biasanya ia bukan orang yang peduli'an. Namun ini menyangkut Andrew. Bagaimana baiknya? Clara menghela nafas. Hal ini akan ia pikirkan nanti. Sekarang dia harus mengurusi pekerjaannya dulu. Ia tadi pergi ke toilet sebentar sembari menunggu CEO JL Company yang lama sekali datangnya. *** Decide grup sengaja menyewa meeting room di hotel ini. Ruangan bergaya klasik modern dengan desain elegan menjadi pilihan terbaik untuk mengadakan pertemuan - pertemuan penting. Tempat itu didesain senyaman mungkin namun juga tidak menghilangkan kesan resmi agar para penyewa yang mengadakan meeting tidak merasa engap. Apalagi aroma terapi yang berpadu AC yang digunakan tidak terlalu pekat dengan keharuman yang membuat rileks. Decide memang tak salah pilih. Lucas akui Decide memiliki selera yang bagus dalam hal tata ruang. Kedatangan Lucas disambut hangat oleh dua orang dari Decide. Hudson dan pegawainya yang lain sudah tiba lebih dulu juga ikut berdiri menyambut kedatangannya. Kening Lucas berkerut ketika tak mendapati perempuan itu. Clara Abigail. Bukankah Paul mengatakan bahwa Clara juga ikut meeting? Jika sekrestarisnya berbohong maka ia bersumpah akan mencukur rambut Paul yang sudah botak. Lucas mempersilahkan semua orang untuk duduk kembali. Bisnis is bisnis. Meskipun dia ingin bertemu gadis itu, tetapi tujuannya berada di sini ialah untuk urusan pekerjaan. Karena bisnis adalah prioritas utamanya. Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu. Pintu pun terbuka dan di sana Clara sedikit membungkukan badan sebagai isyarat sopan santun sebelum akhirnya memasuki ruangan. Jantung Clara tercekat ketika mendapati sosok pria_ selingkuhan Vionna duduk di antara orang - orang JL Company. Seketika ia merasakan tatapan setajam silet ketika pria itu melihat kedatangannya. Senyum itu... senyuman sang pemangsa yang menemukan korbannya langsung muncul di bibir Lucas. "Lalu siapakah ini?" Lucas pura-pura bertanya. Seolah ia baru pertama kali bertemu dengannya. Padahal Clara tahu betul bahwa lelaki ini sudah tahu namanya bahkan nama lengkapnya. Terjawab sudah pertanyaan mengapa pria itu tahu namanya. Dan ternyata lelaki ini bekerja di JL Company. "Ini nona Clara. Salah satu perwakilan Decide yang akan menangani kerjasama ini." Hudson menyahut dan mau tak mau Clara membungkuk sopan kemudian menjabat tangan pria itu sebagai isyarat perkenalan diri. "Ya, saya Clara Abigail. Mohon kerjasamanya." Lucas menyambut uluran tangan Clara, "Dan saya Lucas. Senang bertemu dengan mu, nona Clara." Ujar Lucas dengan suara tenang namun entah mengapa Clara merasa terdapat sebuah ancaman tersembunyi di sana. "Senang juga bertemu dengan anda tuan Lucas." Ekspresinya yang tadi tampak terkejut seketika berubah datar. Clara mencoba bersikap biasa. Ia melepas genggaman tangannya lalu segera duduk di bangku kosong dekat dengan kedua rekannya. Tanpa perlu tahu jabatan pria bernama Lucas itu, ia memutuskan untuk segera melakukan presentasi mengenai apa saja yang akan mereka buat. Dalam diam Lucas mengamati Clara. Reaksi yang ditampilkan wanita itu begitu acuh untuk seseorang yang pernah bertemu, berbincang dan terlibat dalam sebuah insiden. Biasanya perempuan lain yang pernah berinteraksi dengannya akan bertingkah kikuk, malu - malu, berpura - pura sok kesal atau bahkan mencoba mencari perhatiannya agar mengenal lebih jauh. Tetapi perempuan ini benar - benar menganggapnya seperti tak ada. "Bagaimana tuan, apakah anda setuju dengan model desain seperti ini? Atau perlu ada tambahan?" Salah satu perwakilan Decide mengajukan pertanyaan ketika Clara selesai dengan presentasinya. Lucas menatap Clara sejenak, pandangan mereka bertemu. Tetapi perempuan dengan rambut dikuncir rapi ke belakang itu sekali lagi hanya memberi sorot biasa. "Kurasa cukup." Lucas tersenyum manis, "Presentasi nona Clara benar - benar sangat jelas, bagus dan brilian. Mulai sekarang kita akan sering bertemu." Sengaja Lucas memberikan pujian yang dibuat - buat sembari terus mengarahkan pandangannya kepada Clara. "Aku pernah bilang, sudah ku catat." Clara tersenyum kikuk saat semua mata kini tertuju padanya. Apalagi rekan-rekannya berseru girang mengguncang bahu Clara sebagai tanda senang. Meeting ini berjalan lancar. Dan CEO JL Company memuji presentasi temannya. Mereka tak menyadari bagaimana malu dirinya saat menjadi pusat perhatian. Clara mendengkus. Pria itu benar - benar sengaja memprovokasinya. Sudut bibir Lucas tertarik ke atas melihat itu semua. *** Jangan lupa follow, love n koment ya! Saya sedang mencoba untuk mengembalikan mood nulis yang sempat terhenti. Dan mencoba menulis cerita murni romance meski alurnya bukana langsung ke pernikahan gitu. Karena ini baru permulaan. Nb : Anna adalah panggilan Vionna. Tuan L atau Jack adalah panggilan Lucas. Karena Jack sendiri adalah nama depan Lucas. Yakni Jack Lucas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN