53. Kehilangan Petunjuk

1814 Kata

Setibanya di Jogja, aku tidak langsung bergegas ke arah titik tempat Mila berada, melainkan menemui Akmal yang sudah menungguku di kota. Dia menungguku di salah satu café dekat kampus kami dulu. Ya, baik aku, Mila, atau Akmal, kami sama-sama kuliah di universitas yang sama. Hanya Akmal beda jurusan karena dia anak Teknik Industri, bukan Teknik Mesin. Saat aku datang, Akmal langsung menyalamiku. Dia tersenyum ramah. Khas sekali orang Jawa. Mereka memang begini, melanggengkan budaya unggah-ungguh yang sudah sangat melekat. Beda dengan orang Jakarta kebanyakan. Mau bersalaman saja kadang malah ditertawakan. “Baru aja datang langsung ke sini Mas?” tanya Akmal setelah kami duduk berdua dan berhadap-hadapan. Dia memesankanku kopi hitam sesuai permintaanku. “Iya, keluar bandara langsung ke si

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN