“Oh, jadi kamu bilang ke Papa kalau saya suka semaunya sendiri?” Aku langsung menunjukkan cengiran andalanku. Aku melirik Pak Danu, beliau sedang tersenyum. Kini Pak Danu sudah kembali duduk di sofa dan aku sedang berdiri di dekat meja Mas Rivan untuk menyerahkan hasil meeting. Meski Mas Rivan bilang nanti, tetapi aku sudah terlanjur ‘tersandra’. Jadi, sekalian saja kuberikan. Daripada bolak-balik. “Mila tetap bilang kamu baik, kok, Van. Jangan menakut-nakuti dia. Papa cuma bercanda aja.” Pak Danu kini melirikku dan senyum beliau kembali terbit. Jujur, aku masih tak menyangka kalau Pak Danu adalah Papanya Mas Rivan. Ralat, maksudku memang benar Papanya Mas Rivan bernama Danu, hanya saja rasanya agak mencengangkan bahwasanya beliau adalah orang yang sama dengan yang kutemui saat jogging