“Sudah sembuh, Pak?” tanyaku pagi itu ketika masuk ruangan Mas Rivan untuk mengantar teh hangat. Soal membuat teh, sebenarnya ini tugas OB. Sekalian dia menyiapkan untuk karyawan lain. Akan tetapi, terkadang aku yang mengantar sekalian laporan atau semacamnya. Tahu sendiri, OB-pun segan masuk ruangan ini. “Sudah. Untuk kesekian kalinya, saya berterima kasih banyak padamu, Mil. Kalau kamu enggak datang, saya enggak tahu nasib saya kemarin gimana.” Aku tersenyum. “Sama-sama, Pak.” “Kemampuan masakmu memang betul-betul bagus, ternyata.” “Apa bubur dan supnya enak?” Mas Rivan mengangguk. “Enak. Semuanya pas. Saya enggak ada komplain. Asin, sedikit manis, kaldunya, semuanya oke.” “Andai ada ayam kampung, lebih enak lagi. Sayang banget enggak ada. Pun itu adanya tinggal sayap. Kalau paha a