Perubahan Rega

1192 Kata
Alya menggeliatkan badannya, ia membuka mata dengan perlahan. Perempuan cantik itu sedikit tersentak setelah mendapati dirinya ternyata sudah tertidur di atas ranjang. 'Perasaan, semalam aku tidur di sofa sambil menunggu Mas Rega pulang, tetapi kenapa sekarang aku sudah ada di dalam kamar dan tidur di atas ranjang?' Alya bangun dari ranjang, kemudian meraih ponselnya. Kedua matanya membelalak kaget saat ia melihat jam yang tertera di ponselnya. Sudah jam setengah enam pagi. 'Ya Allah, aku kesiangan. Mana aku belum salat subuh.' Alya bergegas ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya, dan berwudhu. Meski terlambat, Alya tetap melaksanakan salat subuh. Setelah selesai melakukan kewajibannya, perempuan itu bergegas keluar kamar menuju dapur. Namun, saat baru saja menuruni tangga, Alya mendengar suara mobil suaminya meninggalkan garasi. 'Kenapa Mas Rega tidak membangunkan aku?' Alya bergegas menuruni tangga, menuju meja makan. Ingin memastikan kalau suaminya benar-benar sudah berangkat ke kantor tanpa menunggu dirinya. Di sana, sudah tersaji sarapan yang disiapkan oleh asisten rumah tangganya. Rega, suaminya, tidak terlihat di sana. Hanya ada Mbok Narsih yang terlihat sedang membereskan piring dan gelas kotor di atas meja. "Non Alya sudah bangun?" "Iya, Mbok." Suara Alya terdengar lesu. 'Kenapa aku bisa kesiangan?' Alya menopang dagu dengan sebelah tangannya, padahal semalaman dia sudah menunggu Rega pulang dan berakhir dengan ketiduran, tetapi kenapa pagi ini dia malah kesiangan? Alya bahkan tidak melihat Rega sama sekali pagi ini. "Aku kesiangan Mbok, Mas Rega juga tumben nggak bangunin aku," ucap Alya dengan wajah cemberut. "Den Rega bilang, Non Alya tidurnya pules banget, jadi dia nggak tega mau bangunin, Non." Mbok Narsih menyiapkan piring buat Alya. "Mas Rega bilang begitu, Mbok." Alya menatap Mbok Narsih. Sementara Mbok Narsih langsung mengangguk sambil menyiapkan sarapan untuk Alya. "Den Rega tadi buru-buru berangkatnya, Non, ada kerjaan pagi-pagi katanya." "Oh ...." Alya memakan sarapannya dalam diam. Namun, dalam hati ia sungguh kesal karena terlambat bangun dan tidak bisa melayani suaminya pagi ini. Sementara itu di tempat lain, Rega sedang berada di apartemen Arabella. Pria itu saat ini sedang mencumbu perempuan itu dengan penuh gairah. Rega memang sengaja berangkat pagi-pagi agar bisa mampir dulu ke apartemen Arabella. Pria itu sengaja tidak membangunkan Alya, karena ia ingin berangkat pagi-pagi dari rumah. "Sayang ...." Arabella mendesah nikmat saat tangan Bian sudah bermain di atas tubuh bagian bawahnya. "Aku sudah tidak tahan. Pagi ini kita bermain cepat ya, Sayang, karena aku ada meeting pagi ini." Rega berbisik di telinga Arabella tanpa menghentikan permainan jarinya. Arabella mengerang, kemudian dengan cepat melucuti pakaian Rega. Pagi ini mereka kembali melakukan percintaan panas seperti yang mereka lakukan tadi malam. Rega mengecup kening Arabella, sesaat setelah permainan mereka berakhir. Deru napas mereka saling bersahutan. Mereka saling menatap satu sama lain. "Kau benar-benar hebat, Sayang, " ucap Arabella sambil membelai wajah tampan yang masih berada di atas tubuhnya itu. Rega tersenyum, kemudian mencium bibir Arabella yang terlihat menggoda. Rega melepaskan ciumannya, ia bangkit dari atas tubuh Arabella, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Kedatangan Arabella benar-benar membuat Rega lupa pada Alya, istrinya. Rega meninggalkan apartemen Arabella dan kembali ke kantor setelah mendapatkan kepuasan batin dari Arabella. Ia mengendarai mobilnya dengan senyum yang mengembang di sepanjang perjalanan menuju kantornya. Saat dirinya baru saja sampai di depan gedung kantornya, ponselnya berdering. "Assalamualaikum, Mas Rega. Mas Rega sudah sampai kantor kan?" Suara Alya terdengar di seberang sana. "Waalaikumsalam Al, aku sudah sampai dari tadi. Sekarang aku lagi meeting dengan klien." "Oh, maaf. Aku nggak tahu kalau Mas Rega lagi meeting. Kalau begitu aku tutup saja teleponnya, maaf mengganggu. Assalamualaikum ...." "Waalaikumsalam." Rega menghembuskan napas panjang sebentar. Merasakan rasa bersalah yang tiba-tiba terselip di hatinya. Namun, sesegera mungkin ia menepisnya. "Aku hanya ingin bahagia Al, selama ini aku begitu mencintai Arabella dan sekarang, aku hanya ingin bahagia bersamanya dan tidak ingin kehilangan dia lagi." Rega keluar dari mobilnya, kemudian melangkah menuju gedung kantornya dengan penuh percaya diri. *** Sudah hampir sebulan, Rega berangkat pagi dan pulang malam. Alya selalu dengan sabar menunggu Rega pulang. Seperti malam ini, ia menyambut Rega dengan senyum terbaiknya. Rega baru saja pulang, padahal saat ini sudah hampir jam dua belas malam. Alya dengan sabar membantu Rega membuka sepatunya, tetapi saat dia ingin membuka kemejanya, Rega melarangnya. Rega kemudian segera beranjak ke kamar mandi. Selalu saja begitu, semenjak Rega sering pulang larut malam, Rega menolak saat Alya ingin melayaninya. Namun, Alya tidak pernah mencurigai suaminya. Dia selalu berpikiran positif pada Rega. Alya pikir, Rega pasti kelelahan karena harus lembur terus setiap hari. Makanya, Rega bersikap agak dingin tidak seperti biasanya. Akhir-akhir ini, Rega juga sudah jarang menyentuhnya. Biasanya suaminya itu tidak pernah melewatkan malam panjang penuh gairah bersamanya, kecuali kalau saat dirinya sedang datang bulan. Rega bahkan tidak pernah bosan, meski melakukannya hampir setiap malam. Namun, akhir-akhir ini suaminya begitu dingin. Jangankan menyentuhnya, mencium kening seperti yang biasa dilakukannya saja sekarang jarang, bahkan hampir tidak pernah. Alya menatap Rega yang langsung tertidur pulas, sesaat setelah pria itu keluar dari kamar mandi. Padahal ia sudah susah payah menyiapkan makanan untuk Rega. Setiap malam, Alya sengaja menahan lapar agar dia bisa makan malam bersama Rega, suaminya yang telah membuatnya jatuh cinta. 'Kenapa sekarang kamu berubah Mas? Kamu tidak lagi seperti Mas Rega yang dulu, saat kita baru saja menikah.' Alya mengusap wajah tampan yang tertidur pulas itu, kemudian ia beranjak keluar kamar menuju meja makan. Perutnya terasa lapar, sudah beberapa malam Alya melewatkan makan malam. Malam ini, perutnya sungguh tidak tahan. Perempuan itu menatap semua hidangan makan malam yang disiapkan untuk Rega. Makanan itu masih utuh, bahkan sudah berubah dingin karena terlalu lama didiamkan. Alya menyantap makanannya dengan pelan. Tanpa sadar, air matanya mengalir. Ia sedih, karena merasa Rega sudah tidak memperhatikannya lagi. Kalau dulu, biasanya Rega sangat rewel mengingatkannya untuk makan. Bahkan saat masih di kantor pun, pria itu pasti akan menelepon Alya meski hanya sekedar untuk menanyakan sudah makan apa belum. Alya kembali ke kamarnya, setelah membersihkan muka dan menggosok gigi, ia langsung menuju ranjang dan memeluk Rega yang sudah terlebih dulu terlelap. *** Pagi harinya, seperti biasa, Rega terbangun dengan tubuh Alya dipelukannya. Tubuh Alya terasa hangat, hingga membuat tidurnya semakin pulas. Sebenarnya, hampir setiap jam dua pagi Rega terbangun karena ingin pergi ke kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, Rega pasti akan memeluk Alya dan kembali tertidur sambil membenamkan kepalanya di d**a Alya, merasakan detak jantung Alya yang berirama, dan membuatnya nyaman. Rega memandangi wajah cantik Alya, sudah lama dia tidak menyentuh istrinya. Semenjak dia mendapatkan kepuasan batin dari Arabella, Rega memang tidak pernah lagi menyentuh istrinya. Pria itu mendekatkan wajahnya, kemudian mencium lembut bibir Alya. Merasakan kembali bibir merah yang pernah menjadi candunya, sebelum Arabella datang dan menggantikannya. Perlahan, gairah Rega langsung tersulut. Masih seperti biasanya, perempuan di depannya ini pasti langsung membuat pusat gairahnya langsung menegang meski hanya dengan menciumnya saja. Alya bahkan tidak melakukan apa-apa untuk merangsang dirinya, karena saat ini ia masih terlelap. Rega kembali mencium bibir Alya, sedikit kasar. Sengaja agar perempuan yang sedang diciumnya ini segera bangun dari tidurnya. Tangan Rega bahkan sudah bergerilya membuka satu persatu kancing baju tidur Alya. Alya yang merasa terganggu, akhirnya membuka matanya. Sedikit kaget saat melihat Rega sudah menciumi lehernya. Rega menatap Alya dengan penuh gairah, kemudian ia kembali menyambar bibir istrinya. "Aku menginginkanmu ...."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN