Kirana sudah menunggu Monica di coffee shop dekat kantor. Hatinya masih panas oleh ucapan rekan kerjanya tadi—wanita yang bahkan belum ia kenal. Tempat barunya, yang ia kira akan jadi pelarian dari Yudistira, ternyata menyimpan ketidaknyamanan baru. Dia menghela napas kasar. “Hey, sorry nunggu lama.” Monica menarik kursi di seberangnya. “Ada insiden tadi di kantor, makanya telat.” Kirana menyunggingkan senyum tipis. “Eh, kenapa muka kamu bete gitu, Ran? Divisi baru nggak nyaman?” Monica menyipitkan mata. “Oh iya, cerita dong kenapa Pak Yudis ngizinin kamu pindah?” “Aku yang minta pindah, Mon.” “Terus dibolehin?” “Buktinya aku bisa pindah, kan?” Pelayan datang membawa pesanan Monica. “Makasih,” ucap Monica singkat sebelum fokus kembali ke Kirana. “Kenapa sih, mau pindah? Padahal