Yudistira kembali ke ruang tengah dengan dua gelas di tangannya, gelas bening berisi cairan keemasan. Suaranya tenang saat menyodorkan gelas itu ke arah Kirana. “Coba sedikit. Akan membuatmu lebih rileks.” Kirana menggeleng pelan. Dia tau minuman apa yang ditawarkan oleh pria itu padanya. “Aku tidak biasa.” Yudistira hanya tertawa ringan. “Kamu tidak harus biasa untuk mencobanya.” Kemudian dia duduk kembali di sofa, kali ini bukan di seberang tapi tepat di sebelah Kirana seraya meletakan dua gelas di atas meja. Jarak mereka hanya sejengkal. Kirana bisa mencium aroma parfumnya yang maskulin, wangi yang mengingatkannya pada masa lalu, pada sosok pria yang dulu dianggap tidak pantas, dan kini justru memerangkap perhatiannya. “Kenapa kamu diam?” suara Yudistira pelan, seolah bertanya kemba