Matahari pagi menyelinap masuk lewat celah tirai kamar apartemen itu. Sinar hangatnya menyentuh wajah Kirana yang masih terpejam di balik selimut. Namun, saat kesadarannya mulai pulih, tubuhnya menegang. Dia menatap langit-langit kamar yang cukup asing baginya, lalu menoleh ke sisi kanan tempat tidur—kosong. Yudistira tidak ada. Pria itu sudah bangun kah? Kirana sontak duduk tegak, lalu menarik selimut menutupi tubuhnya dengan gugup. Napasnya memburu saat semua kejadian semalam kembali melintas dalam pikirannya. Tubuhnya gemetar, bukan karena udara dingin dari air conditioner, tapi karena rasa panik dan malu yang begitu menyergap. “Astaga! Apa yang sudah aku lakukan?” Kirana memandangi selimut berwarna abu yang menutupi tubuhnya, jemarinya mencengkeram erat selimut seolah-olah itu adal