2

1019 Kata
Suasana rumah Mama mertua Safira sangat ramai. Banyak keluarga dan teman Mama dan Papa datang ke acara itu. Rumah Mama yang nyaman membuat siapapun yang datang menjadi betah. Wajar saja karena keluarga Kafka merupakan salah satu keluarga kaya dan terhormat yang ada disini. Jadi wajar saja jika banyak datang tamu yang datang ke acara ulang tahun sang mama mertua. Hari semakain malam dan suasana rumah orang tua Kafka sekarang sudah sangat ramai dengan tamu-tamu yang datang. Safira tidak mengenal semua tamu yang datang yang sepertinya tamu itu dari kalangan papanya Kafka. Tapi ia sempat melihat beberapa keluarga besar Kafka ada disana. Dan mereka tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Safira memang belum begitu dekat dengan keluarga Kafka yang bisa dibilang terpandang dan kaya. Dan masih menjadi besar penting bagi Safira untuk bisa lebih dekat dengan keluarga Kafka. "Tante Fira." Panggil seorang gadis kecil yang langsung memeluk Safira " Halo Nayna sayang." Kata Safira langsung menggendong Nayna yang sudah mulai berat Di usianya yang baru 4 tahun sudah terlihat kecantikan yang diwariskan dari Kak George sang Daddy yang memiliki keturunan Jerman. Ketika pertama kali Safira bertemu dengan Nayna gadis kecil ini langsung menempel dengannya. Bahkan kemanapun Safira pergi pasti Nayna selalu mengikutinya. Saat itu usia Nayna baru 3 tahun tapi entah kenapa ia bisa langsung dekat dengannya. Padahal Kak Mila sempat cerita kalau Nayna anak yang  susah dekat dengan orang baru. Tapi ketika bersama Safira Nayna langsung nemplok aja begitu saja seperti tidak  ada rasa takut sama sekali. Dan Safira juga langsung jatuh cinta pada gadis kecil yang berada di gendonganya  sekarang. Safira berharap suatu saat bisa memiliki anak yang lucu seperti Nayna. "Sayang Mommy dimana kok Nay main sendirian?" tanya Safira sambil mengelus pipi cubby Nayna " Mommy lagi sama Oma disana Tante Fira." Kata Nayna sambil menunjuk ibunya yang bersama mama mertuanya "Trus kenapa Nayna bisa main sampai sini? Apa ga dicariin mommy apa daddy?" Tanya Safira sambil mengecup pipi cubby Nayna "Nay bosen habis Mommy lagi sibuk sama Oma. Trus daddy juga sibuk sama temannnya  jadi Nay kesini aja ama Tante Fira." Kata Nayna cemberut "Ya udah Nay sama Tante aja tapi jangan lari-lari soalnya Tante Fira mau bantuin mommy dan Oma dulu." kata Safira " Ok."  jawab Nayna dengan senyum cerianya Safira begitu gemas dengan kelakuan keponakannya ini. Apalagi dengan matanya yang biru mewarisi mata sang ayah. Safira yakin ketika dewasa nanti pasti banyak laki-laki yang jatuh cinta pada Nayna. "Hai Pa." Sapa Kafka ketika ia bertemu dengan sang Papa " Kamu udah datang Ka. Fira mana Ka?" tanya papanya langsung   "Papa ini aku baru datang ga nanyain kabar aku malah tanya dimana Fira. Sebenarnya yang anak papa tuh aku apa Fira?" Tanya Kafka sewot “Hahahaha....Hahahaha....” Sang papa tertawa mendengar sang anak bungsu yang sudah dewasa ini merajuk padanya. Walaupun sekarang putra bungsunya sudah dewasa dan menikah tapi sang papa masih merasa kalau anak bungsunya ini masih memiliki sifat kekanak-kanakan. "Kamu memang anak papa tapi papa lebih sayang Fira." Kata sang papa menggoda Kafka hanya tersenyum mendengar perkataan sang papa. Ia sebenarnya tidak marah. Malah ia bahagia karena sang isteri diterima di keluarganya. Kedua orang tuanya begitu menyayangi Safira begitu besar. Bahkan sang kakak yang selalu menolak bila ada perempuan yang Kafka bawa selalu sang kakak tolak. Tapi ketika ia memperkenalkan Safira sang kakak langsung suka bahkan sekarang mereka sangat dekat layaknya kakak dan adik. Jadi Kafka merasa tak salah memilih Safira menjadi isterinya. "Fira lagi bantu Mama sama Kak Mila Pa." Jawab Kafka " Oo gitu.”  kata Papanya paham " Om Kafka." panggil Nayna sang keponakan Dari kejauhan tampak keponakan kesayangannya yang berlari ke arahnya. Ia melihat bibir Nayna belepotan cokelat "Halo Nayna sayang." kata Kafka yang berjongkok dihadapan keponakannya itu "Halo Om Kafka." kata Nayna dengan suara khas anak kecil "Nayna sayang..." Panggil seorang laki-laki tampan Dari jauh tampak seorang seorang laki-laki yang tak kalah tampannya dari Kafka berjalan mendekati Nayna.Laki-laki itu adalah George ayah dari Nayna dan suami kakaknya. Kafka juga merasa heran karena seorang George yang perfect mau-maunya menikahi kakaknya yang super cerewet  dan teledor. Tapi Kafka pernah bertanya dengan George kenapa ia bisa begitu mencintai kakaknya. Dan jawabannya karena kakaknya berbeda dengan wanita kebanyakan. Sikap kakaknya yang cuek itu malah yang membuat George penasaran dan lama-lama mencintai sang  kakak. "Sayang apa yang mommy bilang ke Nayna tadi?" Tanya George pada sang putri " Nayna ga boleh jalan sendirian dan makam coklat Daddy."  kata Nayna polos "Terus kenapa Nayna pergi sendirian dan makan coklat?" Tanya George lagi " Maaf Daddy habis mommy dan Tante Safira sibuk. Ga ada yang mau ngajak Nayna main." kata Nayna yang mulai berkaca-kaca George pun segera menggendong putri kecilnya yang sudah akan menangis. " Ok. Daddy maafin tapi lain kali ga boleh pergi sendiri dan makan coklat tanpa izin Daddy atau mommy. Kalau mommy ga ada Nay bisa pergi sama Daddy.” kata George mencoba memberi penjelasan pada sang putri "Iya Daddy." Jawab Nayna yang masih memakan coklatnya Nayna pun mengeratkan tangannya di leher ayahnya. Kafka senang melihat kedekatan kakak iparnya dan anaknya. Kafka berharap suatu saat nanti kalau ia mempunyai anak pasti akan memperlakukannya seperti itu. "Hmmm gimana kalau nanti Om Kafka beliin es krim tapi Nayna ga boleh nangis."  bujuk Kafka Nayna tampak senang ketika mendengar kata ice cream tapi ia tahu mommynya melarang makan ice cream. " Nayna mau ice cream?" tanya George " Nayna mau ice cream tapi mommy bilang Nayna ga Boleh makan ice cream dulu soalnya Nay lagi batuk."  kata Nayna jujur " Untuk kali ini Nayna boleh makan ice cream." Kata George sang ayah "Benar Daddy." kata Nayna senang George pun hanya mengangguk.  "Om Kafka Nay mau ice cream." kata Nayna sudah kembali ceria Sementara itu Kafka dan George hanya bisa tersenyum melihat tingkah lucu Nayna. Acara ulang tahun Mama berjalan dengan sukses para tamu undangan juga puas dengan acara ini. Dari tadi Kafka ia terus memandang Safira ia begitu memuja isterinya itu. Ia melihat Fira sedang berkumpul dengan para sepupu dan tante yang sedang asyik mengobrol. Sampai ia menangkap aura kesedihan di wajah isterinya..... Dan tiba-tiba Safira sudah pergi dari sana dan hilang dari pandangan Kafka....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN