Bab 13 Dianggap Enteng

1066 Kata
Setelah tiba di Tiongkok, dan beristirahat di Hotel, Adrian menghubungi Zuri untuk menanyakan kabar Rayyan. Walaupun dia Pria yang dingin, namun Adrian sangat perhatian pada Rayyan. Zuri tak tau soal Eva yang pergi mengunjungi temannya, namun begitu dirinya bertanya pada Topan, dan pada saat itu pula Zuri mengetahui fakta itu. Sampai tiba saatnya, Eva mendapatkan panggilan dari Majikannya. Ia panik, dan mencoba untuk tetap tenang, sebelum akhirnya ia menjawab panggilan telfon tersebut. " Pergi kemana kamu sama Ray? " tanpa basa basi, Pria itu menanyakan keberadaan Eva. Sontak Eva kaget, dan semakin panik. Ekspresi wajahnya yang seperti itu, membuat temannya__Rina, penasaran. " Ada apa? " Tanya-nya, tanpa bersuara. Eva hanya menggelengkan kepalanya, sambil menahan kepanikannya. " Sa, saya.. " Eva terbata, dan bingung harus menjawab apa. Ia tak mengira akan ketahuan oleh Adrian secepat ini. " Kalau kamu pulang ke Rumahmu membawa Rayyan, setidaknya jangan pulang malam! Disana sekarang udah hampir jam 9 kan??? " Ujar Adrian, bernada ketus. Rupanya saat Zuri bertanya tentang keberadaan Suster Eva, Topan menjawab bahwa Eva pulang ke Rumahnya bersama Rayyan. Dengan begitu, Adrian segera menghubungi Eva untuk segera pulang, dan tidak terlalu lama di luar. " Baik Tuan, maafkan saya! Saya cuma mau mengambil sesuatu, " Eva sedikit lega saat ini, karena mempunyai jawaban atas pertanyaan majikannya. Namun, ini bukan saatnya untuk merasa lega. " Kamu nggak berencana untuk membawa Rayyan menginap di rumah, kan? " Cibir Adrian, berpikir jauh. " Ti, tidak! Mana berani saya! " Eva menangkis keras, pikiran pendek Adrian. " Kalau begitu cepat beres-beres! Aku sudah meminta Topan untuk menjemputmu pulang! " ujarnya, masih dengan nada ketus. " Baik, sekali lagi maafkan saya, Tuan! " Eva kini bernapas lega, saat Adrian memutuskan panggilannya. Melihat Eva sangat gugup seperti saat ini, membuat Rina penasaran, " Wahh, apa selama ini kamu tertekan dengan perkataannya yang ketus itu, Va? " Sedikit banyak, Rina mendengar samar suara Adrian dari balik telfon. Eva terkekeh canggung, namun tak bisa menjelaskan apapun. " Hehe, aku pulang dulu ya, Rin. Makasih udah nemenin aku dari tadi. " Tutur Eva, mengemasi barang-barangnya. " Iya, Va. Santai aja! Kalau ada apa-apa, beritahu aku ya, Va? " Ujar Rina, menepuk pundak Eva. Melihat Rayyan yang sudah tidur, Eva lantas menggendongnya dan segera keluar dari Rumah Rina. Tak lama, Topan datang menjemput Eva. Merekan tak mau berlama-lama lagi, dan segera pergi dari tempat tersebut. " Maaf ya, Sus. Saya nggak tau kalau Tuan Adrian akan menanyakan kamu dan Rayyan. Jadi saya mengatakan keberadaanmu disini. " Ujar Topan, merasa tidak enak. " Nggak apa-apa, Pak. Justru saya berterimakasih karena sudah bilang sama Tuan, kalau saya pulang ke Rumah, bukan main ke Rumah temanku. " sahut Eva, duduk di jok belakang. Perlahan Topan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, " Kamu pasti di marahi kan, sama Tuan? " Tanya Topan, mencemaskan hal itu. " Nggak kok, Pak. Tuan Adrian cuma menyuruh saya untuk pulang. " Eva tak menganggap bahwa itu sebuah omelan, melainkan sebuah peringatan agar Eva tidak pulang terlalu malam. Apalagi dia pergi bersama Rayyan__Putra majikannya. " Syukurlah kalau begitu, " Topan lega. Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Kediaman majikannya. ** Hari berikutnya tanpa keberadaan majikan di Rumah. Seperti biasa, Eva melakukan aktifitasnya mengasuh Rayyan, dan membawanya berjalan-jalan di sekitar taman di halaman rumah. Tak lupa pula, Eva mengAsihi Rayyan untuk mengantisipasi rasa sakit yang ia rasakan selama ini. Penampilannya tetap sama seperti biasa. Mengenakan pakaian longgar, serta kacamata tebal. Setelah lama berjalan-jalan, Rayyan akhirnya tertidur karena sudah bangun sejak pagi petang. Sontak Eva pun segera membawa Rayyan ke kamarnya. Waktu senggangnya saat ini, akan digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian. Hal itu sudah biasa bagi Eva. Saat Eva baru saja selesai mengerjakan pekerjaannya, tiba-tiba seorang bernama Ratna datang menghampirinya. " Sus, bisa bantuin saya nggak? " Ujar Ratna, tiba-tiba. Melihat wajah panik Ratna, membuat Eva beniat membantunya, " Ada apa Mbak? " Eva pun meletakkan keranjang pakaian bekas dirinya menjemur pakaian. " Bisa bantu saya menyapu halaman nggak, perut saya sakit karena hari pertama mentruasi. " Katanya, tanpa melihat Bahwa Eva juga sudah capek. " Tapi ini kan pekerjaan kamu, Mbak? " Eva tampak ragu. Apalagi dirinya cukup lelah karena baru selesai mencuci. " Cuma sedikit kok, Sus. Lagian, aku juga biasa mengerjakan pekerjaanmu, kan? Kalau perut aku nggak sakit, aku nggak mungkin minta tolong sama kamu. " Tanpa malu, Ratna menyuruh Eva untuk melakukan pekerjaannya. Hal itu membuat Eva merasa tidak enak, pada akhirnya ia menuruti permintaan Ratna untuk membersihkan halaman, " Ya sudah mbak, tapi kalau Rayyan bangun tolong temani dia ya? " Katanya, mulai mengambil sapu. Ratna tersenyum, mengiyakan ucapan Eva untuk menjaga Rayyan ketika bangun. Akhirnya Eva membantu Ratna untuk mengerjakan pekerjaan menyapunya untuk sementara waktu. Sedangkan Ratna, ia bergegas menuju ke kamar Rayyan dan berbaring di samping Rayyan yang masih terlelap tidur. "Tck, enak banget. Kalau Anak ini tidur, dia pasti ikut tidur juga kan?!" Batin Ratna, menyeringai. Dirasa tujuannya sudah tercapai, dengan membodohi Eva untuk mengerjakan pekerjaannya, sedangkan dirinya malah berbaring bahkan sampai memejamkan matanya. Memang benar pekerjaan ART lebih banyak beraktifitas di bandingkan Pengasuh. Namun, tenaga dan konsentrasi sangat dibutuhkan oleh Pengasuh. Apalagi mengasuh anak seusia Rayyan, yang membutuhkan tenaga ekstra dan juga Emosi yang stabil. Semua bisa jadi ART, tapi tidak semua bisa menjadi Pengasuh bayi. Ratna terang-terangan menyepelekan pekerjaan Eva, yang dia anggap enteng. Tanpa dia tau, Jika Eva harus bangun setiap malam untuk memberi minum pada Rayyan. Di sudut lain, Eva benar-benar menyapu halaman yang luas itu. Ia menyeka keringatnya, melihat halaman sudah berdih dari daun-daun kering. "Huft, capek juga nyapu halaman seluas ini!" Gumam-nya, lalu diakhiri dengan membereskan peralatan bersih-bersihnya. Hampir dua jam, Eva menyapu halaman rumah. Ia lalu mencuci tangan dulu, sebelum kembali masuk. "Ray udah bangun apa belum ya? Aku harap dia belum bangun, biar aku bisa mandi dulu." Gumam-nya, mulai memasuki Rumah. Saat Eva akan menaiki anak tangga, tiba-tiba ia mendengar suara tangisan Rayyan. Sontak Eva pun mempercepat langkah-nya, agar segera tiba di kamar. Setibanya disana, Eva tersentak hingga membelalakkan kedua matanya. "Rayyan!" Sergah Eva, segera meraih tubuh Bocah kecil itu ke gendongannya. Sorot matanya lalu tertuju pada Ratna yang tengah tidur pulas. Entah mengapa, Eva sangat kesal melihat tindakan Ratna saat ini. Pasalnya suara tangis Rayyan yang sekeras ini, bahkan tak membuat tidurnya terganggu. "Ssttt, Sus udah disini. Tenang ya, nak. Sakit ya, cup cup cup...." Tutur Eva dengan lembut, menenangkan Rayyan, meskipun sangat emosi. Apa yang terjadi dengan Rayyan? ** Next....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN