BAB 12- Tanpa basa-basi

1174 Kata
Hari-hari telah berlalu begitu saja, dan berjalan seperti biasa. Adrian memimpin perusahaannya yang tidak hanya satu, juga berperan menjadi Ayah tunggal untuk Rayyan. Sesekali Adrian pergi dinas ke Luar negeri, untuk mengembangkan bisnis-nya agar lebih di kenal dunia. Seperti yang terjadi hari ini, Adrian akan melakukan perjalanan ke Tiongkok untuk urusan bisnis. Ia telah mempercayakan Rayyan pada seluruh bawahannya, terutama Suster Eva yang bertugas menjaga Rayyan selama 24 jam. Perjalanan dinasnya kali ini, akan di lakukan selama dua atau tiga hari. Tergantung lancar atau tidaknya, urusan Adrian disana. Di perjalanan kali ini, Adrian tak terlalu cemas, meninggalkan Rayyan, karena sudah ada Suster Eva yang cukup berkompeten. Setelah berpamitan dengan Rayyan, Akhirnya kini Adrian sudah pergi ke bandara. Para pelayan di kediaman Adrian terlihat lega, karena lagi-lagi mereka bisa sedikit santai, melakukan pekerjaannya. Begitu pula dengan Eva, yang sangat senang karena majikannya pergi dinas selama beberapa hari. Ia berencana untuk membawa Rayyan jalan-jalan keluar sore nanti. Sudah cukup lama, Eva tak bertemu dengan temannya, yaitu Rina. Teman yang dulu sempat memberinya saran, untuk menjadi pengasuh. Kali ini, Eva benar-benar menjadi pengasuh. Hingga sore tiba, Eva benar-benar pergi bersama Rayyan. Ia tidak sendirian, melainkan bersama Topan yang mengangantarnya untuk mengunjungi Rina. " Pak, nanti saya di tinggal aja ya? Bapak jemput saya saja nanti, sekitar jam 8 malam. " Ucap Eva, setelah tiba di depan rumah Rina. " Baik, Sus. " sahutnya, menurunkan Eva di rumah Temannya. Kedatangan Eva di sambut antusias oleh Rina. Ia sudah mengiriminya pesan lebih dulu, sebelum datang ke rumah Rina. " Ya ampun Va, lama banget nggak ketemu!? " Ujar Rina, memeluk Eva. " Iya, Rin. Maaf ya, aku baru sempat mengunjungimu. Kebetulan bos-ku lagi ke luar negeri, jadi aku bebas. " Eva pun sama antusiasnya, bertemu dengan Rina. " Apa ini anak yang dulu berumur 5 bulan itu? Sekarang berapa tahun usianya? " Tanya Rina, melihat Rayyan bermain sendiri di sudut rumah Rina. " Sekarang usianya 17 bulan, Rin. Jadi makin capek, karena dia sudah bisa lari-larian, " Sahut Eva, tersenyum menatap Rayyan dengan bangga. " Sialan, aku kan tanya berapa tahun, bukan berapa bulan! Huhu, " Omel Rina, pada Eva yang berhasil membingungkannya. " Hehe, hampir satu tahun setengah, Rin. " Eve terkekeh, menjelaskan usia detail Rayyan. " Wahh, dia jadi gembul ya karena minum Asi-mu? Apa kamu pernah ketahuan Orang tuanya? " Mumpung bertemu, Rina pun menanyakan banyak hal pada Eva. " Sejauh ini aman, Rin. Aku harus berhati-hati, biar nggak ketahuan. Tapi, anak yang menggemaskan ini nggak punya Ibu, Rin. Aku tanpa sadar jadi menyayanginya. " Ujar Eva, menatap haru wajah polos Rayyan. " Jadi dia cuma punya Papa? " Eva mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Rina, " Apa dia ganteng? " Rina tampak tertarik untuk membicarakan Ayah tunggal yang merupakan majikan Eva. " Banget. Tapi dia bermulut tajam! Pokoknya jangan sekali-kali membuat masakah sama majikan! " Sahut Eva, mengingat saat dirinya sering dimarahi oleh Adrian. " Huft, mendengar ceritamu, sepertinya dia orang yang kaku. Kalau dia tahu, kamu mengAsihi Anaknya, kira-kira gimana ya reaksinya? " Eva terdiam mendengar ucapan Rina kali ini. Benar! Adrian pasti akan sangat marah, kalau tau bahwa Putranya mendapat Asi dari orang lain. Orang yang bukan Ibunya, juga Orang yang berstatus rendah seperti Eva. " Dia mungkin akan menuntutku, kalau tau kenyataan selama ini! " sahut Eva, tiba-tiba terlihat sedih. " Pokoknya kamu harus hati-hati, Va. Jangan sampai ketahuan! " Tutur Rina, memperingatkan Eva. " Iya, Rin. Makasih ya, " Mereka berdua menghabiskan waktu, dengan bertukar kabar satu sama lain, dan juga berkeluh kesah tentang hal yang mereka hadapi selama ini. Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Rayyan menangis. Lantas Eva segera beranjak dan mengecek Anak asuh-nya. Rupanya Rayyan p*p, hingga membuatnya menangis. Namun Eva tak panik, karena ini bukan yang pertama baginya. Eva sudah terbiasa menangani Rayyan yang sedikit rewel saat sedang p*p. " Aduh, maaf ya Rin. " ucap Eva, merasa tidak enak dengan Rina. " Udah nggak apa-apa. Urusin dulu sana, Anak Asuhmu " Rina menyuruh Eva untuk segera membersihkan Rayyan. Beruntungnya Eva membawa persediaan untuk Rayyan. Tak lama setelah membersihkan Rayyan, tiba-tiba Eva terlihat panik dan mencari sesuatu di tas kecil, yang berisi peralatan tempur Rayyan. " Kamu nyari apa, Va? " Tanya Rina, melihat Eva sibuk mencari sesuatu. " Pampers, Rin. Kayaknya aku udah masukin ke dalam tas deh, tapi kok nggak ada ya? " Sahutnya, panik. " Ya ampun, Pampers doang di warung depan juga ada. Ayo biar aku antar! " Rina meredakan kepanikan Eva sejenak. Meski Eva ragu, namun ia akhirnya segera mengenakan celana pada Rayyan, tanpa menggunakan Pampers. Mereka lalu pergi ke Warung, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Rina. Eva tetap membeli Pampers di warung, meskipun bukan merk yang sama dengan yang biasa Rayyan pakai di Rumah. " Nggak apa-apa deh, cuma sementara kok! " Batinnya, merasa lega karena sudah mendapatkan pampers. Tak lama, mereka pun pulang. Namun dalam perjalanan, tak sengaja mereka berpapasan dengan salah satu teman mereka saat masih duduk di bangku sekolah. " Rina, Eva??? " Ucap seorang Wanita, yang menghentikan langkahnya di depan mereka. Sejenak Eva dan Rina saling menatap. Meskipun saat sekolah, mereka tidak pernah memiliki masalah dengannya, namun bagi mereka, Devi adalah salah satu teman yang perlu diwaspadai. Devi adalah teman mereka yang terkenal bermulut tajam. Ia tak segan memberi pelajaran bagi siapapun yang mencari masalah dengannya. " Eh, Dev.. Kebetulan banget. Kamu dari mana? " Karena terlanjur bertemu, Rina pun tak bisa menghindarinya. " Aku ada urusan di sekitar sini, tadi. Nggak nyangka ketemu kalian disini. " ujar Devi, ramah. Ia sejenak melirik Eva yang tengah menggendong seorang Bayi gembul, yaitu Rayyan. " Ah, gitu ya? Gimana kabarmu, Dev? " Tanya Rina, bingung mau mengatakan apa lagi, karena memang tidak ada yang perlu bahas. " Kabarku baik, Rin. Oh ya, mumpung bertemu kalian disini, sekalian aku kasih undangan saja ke kalian ya? Minggu depan aku menikah, kalian datang ya? " Sambil merogoh tas-nya, Devi mengundang mereka berdua di acara Pernikahannya. " Wahh, selamat ya, Dev. " Ucap Eva, menerima surat undangan dari Devi. " Makasih, ya. Aku harap kalian datang, soalnya aku juga mengundang teman-teman kita yang lain. Anggap aja seperti Reuni, Hehe. " Melihat perubahan Devi yang tak seperti dulu, membuat Rina daj Eva merasa senang. " Sepertinya dia udah berubah, " pikir Rina dalam hati. Begitu pula dengan Eva yang berpikiran serupa. " Kalau begitu, aku duluan ya. Buru-buru soalnya, Mari Va, Rin? " Pamit Devi, meninggalkan mereka berdua. Kini Eva dan Rina melanjutkan langkahnya menuju ke rumah, " Calon Suaminya pasti kaya. Lihat aja undangannya, semewah ini! " Celetuk Rina, menatap lekat undangan dari Devi. " Iya sepertinya begitu. " Sahut Eva, berpikir demikian. Setibanya di Rumah Rina, saatnya Eva bersiap-siap untuk menunggu jemputan. Tak terasa, waktu cepat berlalu. Sesuai dengan rencana, Eva akan pulang saat jam 8 malam. Tiba-tiba saja, Eva mendapat panggilan masuk dari Majikannya__Adrian. Seketika Eva panik, namun ia tetap harus menjawabnya. " Halo? " " Pergi kemana kamu sama Rayyan? " Tanpa basa-basi, Adrian bertanya. Deg! Eva terdiam, bagaimana dia akan menjelaskan? Apakah Eva akan jujur atau tidak? "*Next...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN