BAB 8 - GITAR SPANYOL

1069 Kata
Pagi itu, Adrian dikejutkan dengan Rayyan yang tiba-tiba menyebut kata 'Papa' untuk pertama kalinya. Tak lama setelah itu, Rayyan pun menyebut kata 'Mama' saat menatap Eva. Hal itu membuat Adrian mengernyit kebingungan. Ada pun Eva yang seketika membeku, saat Adrian bertanya, " Kenapa Rayyan memanggilmu, Mama? " Eva menelan salivanya sendiri, karena ucapan ambigu Rayyan. " Itu, bukan seperti itu maksudnya Tuan! " Sebisa mungkin Eva mengalihkan pembicaraan mereka. " Jelas-jelas dia melihat kearahmu sambil berkata 'Mamamam'! Apa kamu mengajarinya seperti itu? " Sorot mata tajam Adrian, menatap lurus Eva. " Nggak, Tuan! Mamamam itu, artinyaa Tuan muda ingin mam, " Eva terbata ketika mencoba mengecoh Adrian. " Apa maksudmu? " " Jadi, Mam itu artinya makan. Rayyan mau makan, Tuan. Ini sudah waktunya dia sarapan. " Eva kini mendapat alasan untuk menjawab pertanyaan Majikannya. Eva sendiri juga tidak tau, mengapa Rayyan bisa mengatakan itu saat melihat dirinya. " Oh, saya kira apa. Ya sudah, kalau begitu, beri dia makanan sehat! " Ujar Adrian, sambil menyerahkan Rayyan pada Eva. " Baik, Tuan! " Eva dengan gesit, meraih tubuh gembul Rayyan ke dekapannya. " Setelah makan, pastikan Rayyan untuk mandi. Aku akan membawanya jalan-jalan hari ini. " Tutur Adrian, sebelum pergi meninggalkan mereka. " Ya, Tuan! " sahut Eva, menundukkan pandangannya. Ia sedikit bingung, karena tidak biasanya Adrian mengajak jalan-jalan Rayyan. " Hey, apa kamu dengar itu? Papa mau membawamu jalan-jalan. Jadi, ayo makan dulu terus mandi! " celoteh Eva, menatap Gemas Rayyan. Kini Eva mulai menyuapi Rayyan dengan bubur sehat. Wanita itu terlihat bersemangat, karena sebentar lagi Rayyan akan pergi jalan-jalan bersama Ayah-nya. Dengan begitu, dirinya memiliki waktu senggang untuk bersantai. Eva bergelut dengan Rayyan, yang semakin hari semakin aktif. Begitu selesai sarapan, Rayyan pun segera di mandikan. Ia memakan waktu hingga satu jam lebih, untuk mengurus keperluan Rayyan. Akhirnya, Rayyan pun sudah siap untuk pergi jalan-jalan. Anak itu berjalan gontai, dengan harum yang semerbak di tubuhnya. Sementata Eva, ia berjalan menggandeng tangan Rayyan menuju ke tempat Ayahnya berada. " Rayyan sudah siap, Tuan. " Ucap Eva, ramah. Ia tak berhenti menatap gemas Rayyan, yang mengenakan topi. Bayi laki-laki itu terlihat sangat tampan. " Apa-apaan kamu, Suster Eva? " Ketus Adrian, begitu melihat kedatangan Eva dan Rayyan. " Ya? " Eva terlihat bingung. Mengapa Adrian malah marah? Bukannya dia sudah mengerjakan tugasnya dengan baik, yaitu menyiapkan keperluan Rayyan? " Bukannya aku sudah bilang, untuk bersiap-siap? " Tegur Adrian, dengan ketus. Membuat Eva menjadi pusat perhatian pelayan lain. " Ta-tapi, Tuan muda sudah siap, Tuan! " Balas Eva, dengan berani meskipun terbata. Adrian hanya bisa menghela napas, menghadapi kebodohan Eva. " Terus kenapa kamu masih kucel seperti ini? Kalau aku membawa Rayyan, berarti kamu juga harus ikut! " cibir Adrian, belum berhenti menegur Eva. " Hah? " Eva bingung. Dari awal, Adrian tidak mengatakan kalau dirinya juga harus bersiap-siap. " Sudahlah. Aku akan memberimu waktu 15 menit! Cepat siap-siap sana! " Sergah Adrian, meninggikan nada suaranya. " Ba-baik Tuan! " Tanpa menatap Adrian, Eva pergi begitu saja mengerjakan perintahnya. Melihat Eva yang semakin tak terlihat, Adrian hanya bisa mengusap wajahnya dengan frustasi. " Kenapa aku punya pegawai bodoh seperti dia sih?! " Gumamnya mengumpat. Cukup lama Adrian menunggu Eva selesai berkemas. Hingga beberapa manit kemudian, Eva akhirnya keluar nenemui Adrian. " Saya sudah selesai, Tuan. " Ujar Eva, tiba di hadapan Adrian. Pria yang sedang bermain ponsel itu, kini mengangkat kepalanya dan menatap Giska. " Tck, gitu doang lama banget! " Gerutu Adrian, melihat penampilan culun Eva. Tak lama, Adrian beranjak dari tempat duduknya, dan segera berjalan menuju ke Mobil. Seperti biasa, Eva menggendong Rayyan dan berjalan di belakang Adrian. Mereka kini berada di satu mobil yang sama. Rayyan di belakang bersama Adrian, lalu Eva berasa di depan, tepatnya di sebelah supir. Perlahan mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Kali ini, Adrian akan membawa Rayyan jalan-jalan ke bukit. Entah apa yang ada di pikiran Adrian, hingga tiba-tiba mengajak Putranya berlibur ke Bukit. Mereka menghabiskan waktu satu jam, untuk sampai di Puncak. Tak ada banyak obrolan, Andra menyiapkan semua sesuai dengan rancananya. Adrian meminta supirnya untuk menyiapkan tempat untuk merayakan ulang tahun Rayyan. Di bawah pohon sejuk, dan tanah yang lapang, mereka duduk di atas kain yang menjadi alas untuk duduk mereka. Sebuah piknik kecil, yang disiapkan khusus untuk Rayyan. Melihat itu, Eva terharu. Ia tak menyangka, jika Adrian menyiapkan ini semua untuk Rayyan. Tanpa banyak kata, Eva hanya memerhatikan Adrian yang sedang menyalakan lilin di atas kue tart. " Suster Eva, ayo bernyanyi untuk Rayyan?! " Ujar Adrian, meminta. Eva tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, " Baik, Tuan. " Perlahan Eva mulai menyanyikan lagi selamat ulang tahun untuk Rayyan, di temani suara lirih Adrian. Eva sengaja mendudukkan Rayyan di sebuah kursi kecil yang di gunakan khusus untuk Rayyan. Saat lagu selamat ulang tahun selesai di nyanyikan, Eva membantu bocah satu tahun itu untuk meniup lilin. Dengan ekspresi wajah ceria, Eva juga menuntun Rayyan untuk bertepuk tangan sambil berkata, " Maacih, Papa! " Katanya, menirukan suara anak kecil. " Maaf ya, Ray. Papa terlambat merayakan ulang tahun Rayyan. Semoga Rayyan selalu bahagia, ya? " Tutur Pria itu dengan lembut, sembari mengusap kepala Rayyan. Pemandangan langka itu, membuat Eva terharu. Adrian sangat lembut dengan Rayyan, namun terhadap orang lain ia begitu kaku. Sama seperti saat dengannya. Setelah merayakan ulang tahun Rayyan yang terlambat, Adrian mengajak Rayyan untuk bermain di atas bukit. Sementara Eva, ia hanya menatap mereka dari tempat duduknya. Tak ada yang bisa Eva lakukan selain menonton pemandangan indah itu. Hingga tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Eva melihat angka jam di tangannya, yang sudah menunjukkan pukul 5 sore. Bersamaan dengan itu, ia melihat Adrian yang juga baru kembali. Pasangan Ayah anak itu tampak ceria, setelah mencoba menaiki beberapa spot wahana yang ada. Sementara itu, Adrian meminta supirnya untuk membereskan barang-barangnya. Disana Eva membantu sang supir agar cepat selesai. Namun siapa sangka, tiba-tiba saja hujan turun cukup deras. Seketika Eva dan sang supir mempercepat gerakannya, dalam mengemasi barang-barang piknik mereka. Lalu Adrian mengamankan Rayyan, dengan masuk kedalam mobil. Pria itu menatap Eva yang hujan-hujanan karena mengemasi barang. Setelah semuanya beres, Supir dan Eva segera masuk ke dalamn mobil, dan mencari tempat teduh yang nyaman. Mereka menghabiska waktu kurang lebih 15 menit, untuk sampai di sebuah Vila, di puncak tersebut. Melihat Pakaian Eva yang basah, membuat lekukan tubuhnya terlihat jelas. Dalam hati, Adrian merasa tegang dan wajahnya memerah. "Gila! Cewek culun ini ternyata punya body kayak gitar spanyol!" Batin Adrian, gugup. **** Next....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN