Karena hujan cukup deras, Adrian pun menyewa Villa untuk menidurkan Rayyan agar lebih nyaman.
Setibanya di penginapan, Adrian turun lebih dulu untuk memesan kamar.
" Permisi, saya butuh Vila dengan tiga kamar." Ucap Adrian pada pegawai resepsionis.
" Maaf, Tuan. Saat ini yang tersedia hanya yang dua kamar. " Sahut pegawai tersebut.
Karena hanya akan tinggal sebentar, Adrian pun memesan Villa dengan dua kamar tersebut.
Setelah memesan Villa, Adrian membawa para bawahannya untuk mengganti pakaian mereka yang basah. Sambil menunggu Eva selesai mengganti pakaian, Pria itu menimang-nimang Rayyan yang hampir tertidur.
Tak lama kemudian, Rayyan pun tertidur cukup pulas. Selain karena kelelahan, suasana saat ini sangat nyaman untuk tidur.
Merasa pundaknya sakit karena menggendong Rayyan, Pria itu berencana untuk menidurkan Rayyan di kamar, yang sedang digunakan Eva untuk mengganti pakaian.
Kini Adrian merasa lega, karena pundaknya terbebas dari beban berat. Ia menghela napasnya, sambil tangannya menarik selimut untuk menutupi tubuh Rayyan.
" Apa Rayyan sudah tidur, Tuan? " Tanya Eva, tiba-tiba. Ia baru saja selesai mengganti pakaiannya.
" Sudah, kamu tidurlah disini. Saya akan cari kamar lain lagi. " Ujar Adrian, menoleh ke arah Eva.
Siapa sangka, Pria itu sejenak mematung melihat penampilan Eva, saat ini.
" Ekhem, apa nggak ada baju lain lagi? Kenapa kamu beli baju jelek seperti itu? " Ketus Adrian, namun wajahnya memerah.
" Tidak ada, Tuan. Disana hanya menjual pakaian ini. Tapi saya sudah mencuci baju saya yang basah tadi. Setelah kering saya akan segera menggantinya, kok! " Jawab Giska, seraya dia menganggukkan kepalanya.
" Sudahlah, jaga Rayyan saja. Aku mau keluar! " Adrian kini pergi dengan sinis. Meski sebenarnya, ia kaget karena Eva mengenakan dress tipis yang bertuliskan lokasi tempat wisata disana.
Selain itu, ukurannya yang pas membuat Eva memperlihatkan bentuk tubuhnya. Hal itu membuat Adrian, merasa tegang.
Akhirnya, Pria itu pergi untuk mencari Villa lain yang lebih besar.
Hujan semakin deras, membuat Eva ikut tidur disamping Rayyan. Sesekali anak itu menangis karena haus, lantas Eva tak segan untuk memberikan 4sinya secara langsung pada Rayyan sambil berbaring.
***
Di sudut lain..
Hujan deras membuat Villa seketika menjadi penuh, karena orang-orang memilih berteduh di dalam Villa. Sama seperti yang Adrian lakukan saat ini.
Adrian mencari kesana kemari, barangkali ada Villa yang memiliki tiga kamar. Namun pencariannya zonk!
Di temani Supir yang bernama Topan, Adrian kini duduk di sofa yang tak jauh dari resepsionis.
Adrian dan Topan menatap hujan yang tak kunjung berhenti, sambil menikmati segelas kopi.
" Kalau ada tidak keberatan, anda bisa pakai kamar saya, Tuan. Saya biar tidur di luar saja. " Ujar Topan, terdengar canggung.
" Tidur di depan apanya? Sofa aja nggak ada, mau tidur dimana kamu? Di lantai? " Sahutnya, bernada sinis.
Meskipun memiliki dua kamar, namun Villa yang Adrian pesan, memiliki ruang tamu yang tidak menggunakan sofa, melainkan kursi kayu satuan. Sehingga sulit dipakai untuk tidur.
Saat mereka sedang saling mengobrol, tiba-tiba ada kabar, bahwa jalan utama sedang mengalami tanah longsor. Sehingga, untuk saat ini, akses jalan tidak bisa digunakan.
Mendengar itu, Adrian semakin frustasi. Belum juga ia mendapat kamar, tiba-tiba harus mendengar kabar bencana tanah longsor di Jalan utama.
" Kita harus gimana, Tuan? " Tanya Topan, merasa cemas.
" Kita tunggu kabar untuk beberapa jam ke depan saja. Kalau memungkinkan, kita akan segera pulang. Sekarang, kembalilah ke kamarmu untuk istirahat. Aku akan mencari informasi! " sahut Adrian, mengatasi kecemasan Topan.
" Baik, Tuan. " Topan akhirnya menuruti perintah Bos-nya untuk beristirahat. Lagi pula, Topan pasti lelah karena sejak pagi belum sempat beristirahat.
Berita tanah longsor yang terjadi di kawasan puncak, membuat para pengunjung puncak menjadikan Villa sebagai tempat berteduh paling nyaman.
Hingga malam tiba, Adrian tak berhasil mendapatkan kamar. Akhirnya, Pria itu masuk ke kamar Rayyan. Disana ia melihat Rayyan masih bermain dengan Eva.
Seketika Eva beranjak dari tempat tidur, setelah melihat kedatanhan Adrian dengan wajah muram.
" Ada apa, Tuan? " Tanya Eva, mengulik wajah muram Majikannya.
" Sepertinya kita nggak bisa pulang. " Ujar Adrian, menjelaskan. Hal itu membuat Eva mengernyitkan keningnya, " Ada bencana longsor di Jalan utama, jadi untuk saat ini, jalan tidak bisa digunakan. Apa kamu keberatan, kalau malam ini kita menginap disini? " Sambung Adrian, dengan berat hati.
Sebelumnya tidak ada rencana untuk menginap, mereka bahkan tanpa persiapan. Namun tidak ada yang tau, akan terjadi longsor disini.
" Ah, saya sih nggak apa-apa. Tapi Apa anda nggak masalah? Pekerjaan anda akan sedikit tertunda kan, pasti? "
" Soal itu, gampang. Baguslah kalau kamu nggak keberatan. Sebelumnya aku minta maaf, karena mendadak harus menginap. Lanjutkan saja mainnya sama Rayyan. " Ujar Adrian, terdengar lebih lembut dari biasanya.
Hari ini sangat menguras tenaga Adrian, hingga Pria itu kini berjalan sedikit gontai.
" Tapi Tuan, baju anda juga basah loh. Apa anda kehujanan? "
Seketika ucapan Eva membuat Adrian menghentikan langkahnya. Ia lantas menoleh pada Eva. Wajahnya begitu lesu dan tidak bersemangat.
Tiba-tiba Adrian melihat Eva sedang mengambil sesuatu dari paperbag miliknya, yang ia letakkan diatas meja.
" Kalau anda mau, anda bisa menggantinya dengan ini. Kebetulan saya membeli dua jenis pakaian tadi, dan ini salah satunya. " Ucap Eva, sambil memberikan sebuah Kaos polos berwarna putih, dengan tulisan ' I Love Puncak'.
" Baiklah! " Tak ada pilihan lain. Daripada kedinginan lalu sakit, Adrian akhirnya mengambil tawaran dari Eva.
Wanita itu tersenyum, melihat Adrian yang berjalan menuju ke kamar mandi. Eva tau, bahwa majikannya tidak seburuk itu. Adrian adalah orang yang baik, hanya sedikit ketus dan dingin saja terhadap orang lain.
Kini Eva kembali bermain dengan Rayyan lagi. Sementara hujan deras masih belum berhenti, meski sudah beberapa jam terlewat.
Pukul 11 malam, Eva terbangun dari tidurnya. Disampingnya ada Rayyan yang terlelap tidur.
Mendengar suara gemercik gerimis, membuat Eva berencana untuk keluar dan mengecek keadaan.
Siapa sangka, saat Eva baru saja keluar dari kamar, ia malah melihat majikannya tidur di kursi tamu yang terbuat dari kayu.
" Kenapa Tuan Adrian tidur disitu? " Batinnya, berjalan menghampiri majikannya yang terlelap.
Eva merasa tidak seharusnya Adrian tidur di tempat itu. Bukannya kursi kayu sangat keras?
" Tuan, bangunlah. Jangan tidur disini, nanti badan ada sakit! " Ujar Eva, menepuk tangan Adrian.
Sontak Pria itu mengerjapkan matanya, apalagi dia baru saja tertidur.
" Ada apa? " Tanya-nya, sinis.
" Masuklah, Tuan. Jangan tidur disini! " Ucap Eva, tegas.
" Aku nggak mendapat kamar lagi, jadi tidur disini. Kamar Topan juga lebih sempit. Jadi lebih baik kamu masuk sana! Jangan biarkan Rayyan sendirian! " Sahut Adrian, memegang pelipisnya.
Eva tidak bisa membiarkan majikannya tidur sambil duduk di kursi yang keras, sementara dirinya tidur di tempat yang luas dan nyaman.
" Maaf Tuan, saya nggak bisa. Tidur saja di dalam, di samping Rayyan. Saya akan tidur dibawah. " kekeh Eva, membujuk majikannya.
" Disini dingin, Suster Eva. Bagaimana kalau kamu sakit, dan nggak bisa mengurus Rayyan? " Adrian mulai kesal, dengan Eva yang merasa kasihan padanya.
" Kalau begitu, ayo tidur bersama malam ini?! "
Seketika Adrian membelalakkan kedua matanya dengan sempurna.
*Next...