BAB 10 - Besar banget!

1084 Kata
Adrian membelalakkan kedua matanya dengan sempurna, saat Eva meminta dirinya untuk tidur bersama. " Apa kamu gila? Aku ini majikanmu!!! " sentak Adrian, menatap tajam Eva. " Justru karena anda majikan saya, jadi tidurlah didalam. Saya nggak bisa kalau harus tidur ditempat yang nyaman, sementara anda tidur disini. Saya masih waras kok! " Eva tetap bersikap tegas, dan sama sekali tidak takut dengan Majikannya. Adrian terdiam sejenak. Memang benar apa yang Eva katakan. Baru beberapa menit dirinya tidur di kursi, namun semua tubuhnya sakit. " Sudahlah! " Adrian pasrah, dan memilih masuk ke kamar. Beruntungnya, tempat tidur mereka berukuran kingsize, sehingga cukup untuk tidur bertiga. " Aku akan tidur di sisi kiri. Kamu tidurlah disisi kanan, biarkan Rayyan di tengah-tengah! " Ucap Adrian, dingin. Eva menganggukkan kepalanya, dan menatap Adrian yang tidur membelakangi dirinya dan juga Rayyan. " Yah, lagi pula cuma tidur. Jadi jangan pikirkan hal lain, dan ayo tidur! " Batin Adrian, berusaha memejamkan matanya. Suasana dingin dan tenteram, membuat semua orang tidur dengan nyenyak, termasuk juga Rayyan. Bocah kecil itu sudah bangun terlebih dulu, dan tidak menangis sama sekali. Ia justru turun dari tempat tidur sendiri melalui sofa kecil, yang terletak diujung tepat tidur. Rayyan terlihat sedang bermain tas milik Eva dan membuat isinya berceceran di lantai. Sementara itu, mendengar suara ocehan Rayyan, membuat Eva perlahan membuka matanya. Ia merasakan kakinya terasa berat, sekaligus kebas. Namun begitu membuka mata, Eva terkejut bukan main, saat dirinya terbangun dalam pelukan Adrian. Pria itu masih terlelap dari tidurnya, hingga membuat Eva sedikit beruntung. " Gimana cara melepaskannya? " Batin Eva, merasakan pelukan erat Adrian. Adrian tanpa sadar melingkarkan tangannya di perut Eva, lalu kakinya juga mengunci tubuh Eva hingga membuatnya sulit melepaskan diri. Tak ada pilihan lain, Eva pun memilih berpura-pura tidur lagi, sampai Adrian terbangun. Alih-alih berpura-pura tidur kembali, Eva justru malah benar-benah tidur lagi. Hingga akhirnya, Adrian membuka matanya. Pria itu dengan pelan melepaskan pelukannya terhadap Eva. Ia lalu menatap ke arah Rayyan yang masih sibuk bermain. Tak lama, Adrian segera pergi ke kamar mandi. Sejadi-jadinya Adrian merutuki dirinya sendiri, karena bertindak ceroboh pada bawahannya seperti tadi. " Dasar bodoh! Apa yang aku lakukan sih? Untung Suster Eva masih tidur!!! " Adrian mengumpati dirinya sendiri, yang hilang kendali. Adrian lebih dulu membasuh wajahnya, dan menetralkan detak jantungnya yang tak beraturan. Begitu selesai, Adrian melihat Eva masih tertidur pulas. Pria itu berdecak, dan memilih mengambil Rayyan, untuk di bawa keluar. Adrian pergi keluar bersama Rayyan, sekaligus untuk mencari sarapan. Disana, sudah ada Topan yang sedang minum kopi bersama pengunjung lain. Topan bangun lebih awal, karena harus mencari informas tentang perkembangan jalan utama, Apakah sudah bisa dilewati atau belum. " Anda sudah bangun, Tuan? " Topan beranjak dari tempat duduknya, mencoba melihat kedatangan Adrian. " Duduklah, aku juga mau memesan kopi. " sahut Adrian, bergabung dengan pengunjung yang sedang bersama Topan juga. " Eh, ngomong-ngomong, dimana Suster Eva? " Melihat Rayyan bersama Bos-nya, Topan pun penasaran dengan keberadaan Eva. " Dia lagi mandi. Jadi aku bergantian mengajak Rayyan! " sahutnya berbohong. Ia tidak ingin topan berpikir yang tidak-tidak, kalau Adrian menjawab yang sejujurnya, bahwa Eva masih tidur. Mereka lalu menikmati kopinya, sambil berbincang ringan, menunggu informasi selanjutnya. Sementara Rayyan, ia duduk disamping Adrian, sambil memakan snack yang dibawa dari rumah. Di sudut lain, Eva baru saja terbangun. Netranya mengerjap melihat ke tiap sudut ruangan, namun ia tak menemukan keberadaan Rayyan maupun Adrian. " Apa mereka sedang di luar? " Gumam Eva, sambil beranjak dari tempat tidur. Eva pikir, ia harus beres-beres dan pergi mandi, saat Rayyan masih bersama Ayah-nya. Melihat tas-nya berantakan, Eva lebih dulu membereskannya sebelum mandi. Tiba-tiba ia merasa nyeri pada d**a-nya, karena sejak semalam ia tak memberikan Asi pada Rayyan. Mereka berdua terlalu lelap dari tidurnya. Tak lama, Eva pun bergegas ke kamar mandi. Sambil mengguyur tubuhnya dengan air hangat, Eva perlahan memijat dadanya sendiri untuk meredakan rasa sakit. Beberapa menit kemudian, Eva akhirnya keluar dari kamar mandi. Rupanya ia lupa tidak membawa pakaian gantinya, untuk dipakai di kamar mandi. Sehingga membuat Eva harus keluar. Eva merasa aman karena majikannya sedang ada di luar bersama Rayyan. Saat ini, Eva hanya berbalut handuk polos berwarna putih yang menutupi tubuhnya . Perlahan, Eva membuka handuknya dan akan mengenakan Br* setelah mengenakan celana d*l*m. Namunn bersamaan dengan itu, Adrian dan Rayyan masuk. Sial sekali, Eva lupa untuk mengunci pintunya. Eva yang tersentak reflek melepaskan handuknya hingga terjatuh ke lantai. Betapa memerah wajah Adrian, saat melihat dua bukit kembar milik Eva. Aset yang selama ini dijaga ketat, malah terekspos oleh majikannya sendiri. " Ke, kenapa kamu nggak mengunci pintunya??? " Sentak Adrian, memarahi Eva yang ceroboh. Wanita itu seketika mengambil handuknya kembali dan menutupi tubuhnya yang terlanjur terlihat oleh majikannya. " Sa, saya lupa, Tuan! " Eva terbiri berlari ke kamar mandi lagi. " Wanita ini! Kenapa ceroboh banget sih!? " Gerutu Adrian, merasa kepanasan. " Dan juga, kenapa besar banget milik dia? " Adrian terbayang-bayang dengan ukuran milik Eva. " Tuan? " Ujar Eva memanggil Adrian. " Apa lagi??? " Adrian yang sedang merasa gugup pun, menjadi sensitif. " Sebelumnya maaf, apa anda bisa mengambilkan pakaian saya? " Dengan sangat malu, Eva meminta Adrian untuk membawakan pakaiannya yang ia tinggal begitu saja. Sambil membawa Rayyan di gendongannya, Adrian memungut pakaian Eva sekaligus bra yang belum sempat dipakai. " Nih, buka pintunya! " Sergah Adrian, berdiri di depan pintu kamar mandi, dengan menatap ke sembarang arah. Hanya tangan Eva yang terlihat meraih pakaian dari tangan Adrian, " Terimakasih, Tuan! Maafkan saya. " Ucap Eva, dengan perasaan malu. Di dalam kamar mandi, Eva merutuki dirinya sendiri yang sangat ceroboh. Ia semakin tidak berani, berhadapan dengan Adrian. Namun begitu, Eva tidak bisa berlama-lama di dalam kamar mandi. Pada akhirnya ia tetap akan menghadapi Adrian, yang sudah menunggunya di luar. Dengan langkah ragu, Eva akhirnya menghadapi Adrian. " Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar ceroboh! " ucap Eva, menundukkan kepalanya. " Kamu nggak boleh seperti itu, Suster Eva! Gimana kalau orang lain yang masuk, dan punya niat buruk sama kamu? " Adrian harus memperingati Eva, agar tidak bertindak ceroboh. " Baik, Tuan. Saya akan merubah kecerobohan saya. Saya minta maaf! " Hanya itu yang bisa Eva katakan. Namun malah membuat Adrian frustasi. Benda besar itu sudah terlanjur merasuki pikirannya. Adrian tidak bisa melupakannya begitu saja. " Sial! Mana besar banget! " Umpat Adrian, dalam hati. Ia merasa tubuh bagian bawahnya menegang. " Apa itu alasan kamu, selama ini memakai baju oversize??? " tanya Adrian, tiba-tiba membahas soal pakaian yang sehari-hari Eva gunakan. Dalam hati, ia juga penasaran. ** Next.....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN