Siapa sangka, bayi yang akan Eva asuh sangat tenang saat pertama kalinya dia menggendongnya.
Eva tentu bersyukur, karna Rayyan merasa nyaman dengan dirinya. " Bagus, anak pintar. Tolong kerja sama-nya, ya? Suster Eva akan menjagamu mulai sekarang! " Gumam Wanita itu, merasa senang.
Bayi lucu, pemilik rambut kecoklatan serta pipi yang menggembung, membuat Eva terus ingin menatapnya. Bagaimana bisa, bayi selucu ini tidak dirawat dengan baik, hanya karena orang tuanya sibuk?!
Meski Eva menyayangkan hal itu, namun ia tidak berhak berkomentar apapun.
Di tempat yang berbeda, Adrian Mahesa, wali dari Rayyan, terlihat tengah larut dalam lamunan. Keningnya berkerut, matanya menatap kosong ke kejauhan.
Pagi tadi, berita mengenai pengasuh baru yang berhasil mengejutkan Zuri dan para pelayan lain telah sampai ke telinganya.
Kini, ia tengah memegang surat pengunduran diri yang mencengangkan, yang berasal dari seseorang dengan nama yang sama dengan pengasuh baru Rayyan, Eva Camellyn.
"Siapa sebenarnya dia ini?" gumam Adrian pelan, jari-jarinya mengusap tepi surat itu. "Kenapa dia tahu kalau aku sedang mencari pengasuh? Apakah ini sengaja dilakukan untuk mendekatiku dengan cara seperti ini? Tsk!" Sejenak, ia tertawa sinis dalam hati, merasa heran akan pikirannya sendiri yang terlalu percaya diri, seolah-olah Eva sengaja mendekatinya.
Namun, nyatanya Adrian bahkan tak bisa mengingat bagaimana wajah pegawai yang bernama Eva itu. Untuk saat ini, ia memutuskan untuk membiarkan masalah ini berlalu.
Terlebih setelah ia susah payah mencari pengasuh yang tepat untuk Rayyan, tak ada salahnya jika kali ini ia mencoba percayai.
Biar waktu yang akan menjawab, apakah ini keputusan yang tepat atau justru bumerang baginya.
**
Eva terbangun pagi-pagi untuk memulai rutinitas barunya. Menatap bayi kecil yang tertidur pulas, Rayyan, di pelukannya, dia tersenyum lembut. Sejauh ini, Rayyan terlihat anteng bersama Eva dan hanya menangis ketika merasa lapar atau basah.
Agar tidak menimbulkan kecurigaan, Eva sementara waktu tetap membuatkan s**u formula untuk Rayyan. Ketika malam tiba, Eva mempersiapkan diri untuk menidurkan Rayyan.
Setelah mengunci pintu kamar dengan hati-hati, dia mendekap bayi mungil itu dan mulai memberikan ASI nya. Eva merasakan sakit dan bengkak di dadanya, tetapi dia tak mau memakai pompa ASI demi menjaga kerahasiaan mereka.
Pertama kalinya, Eva menyalurkan ASI-nya langsung kepada Rayyan. Dia merasa geli dan tidak nyaman, namun semakin lama rasa sakit itu hilang perlahan. Rayyan pun terlihat menikmati ASI dari Eva, matanya tertutup sambil menghisap dengan lahap.
Eva melihatnya puas dan berbisik, "Bagus, Nak," seraya tersenyum lebar. Sepertinya Rayyan sangat menyukai ASI yang segar dan hangat langsung dari sumbernya.
Momen ini pun menjadi sebuah ikatan yang semakin erat antara Eva dan Rayyan.
Rayyan akhirnya tertidur setelah hampir 15 menit berusaha. Eva merasa lega, dapat menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Eva kemudian membaringkan Rayyan di box bayi, sementara dirinya berbaring di tempat tidur yang hanya beberapa langkah dari box bayi tersebut.
Hari pertama ini sangat melelahkan, sehingga tanpa terasa, Eva terlelap dalam tidur yang cukup nyenyak. Setiap satu jam sekali, Rayyan terbangun karena haus dan menangis pelan.
Eva yang lelah pun memberi ASI pada Rayyan sambil berbaring di sampingnya, lalu memeluknya erat. Malam ini adalah malam pertama Eva tidur di tempat yang baru dan suasana yang berbeda.
Rumah mewah dengan fasilitas lengkap membuat Eva merasa nyaman dan terlelap dengan tenang. Namun, tanpa disadari Eva, seseorang baru saja masuk ke kamar Rayyan.
Bayangan sosok laki-laki tampak dalam remang-remang cahaya. Siapa lagi kalau bukan Adrian, Ayah Rayyan. Hampir pukul 2 dini hari, Adrian baru saja pulang karena urusan bisnis yang menguras tenaga.
Sebelum masuk ke kamarnya, ia memutuskan untuk mengecek keadaan putranya terlebih dahulu. Hal ini selalu ia lakukan setiap hari, meskipun dirinya sangat sibuk.
Namun, kali ini, ia dibuat terkejut dengan kehadiran pengasuh baru Rayyan yang tengah terlelap di samping sang bayi.
Saat ini, Rayyan tengah berbaring dengan nyaman di sisi Eva, membuat Adrian mengernyitkan kening. Langkahnya mendekat ke arah mereka, dilihatnya sebuah botol s**u ada di dekat Rayyan.
"Dia pasti lelah karena harus bolak-balik mengambil Rayyan dari box bayi," gumamnya, berpikir demikian. Adrian tentu tak menyadari bahwa putranya telah mendapat ASI eksklusif dari pengasuhnya.
Matanya beralih menatap Eva, yang tertidur tanpa mengenakan kacamatanya. Adrian heran, mengapa wanita muda ini mau menjadi pengasuh dan keluar dari perusahaan?
"Aneh, padahal kerja di kantoran keinginan semua orang. Mari kita lihat besok, apa dia terlihat sengaja mendekatiku atau tidak?!" katanya, dengan merasa penasaran. Sambil mengusap kepala Rayyan, Adrian melangkah keluar dari kamar tersebut, membiarkan Rayyan bersama pengasuhnya, mempersiapkan diri untuk menghadapi hari esok..
**
Tak terasa, waktu telah berganti. Eva yang baru saja terbangun, disambut dengan wajah lucu Rayyan.
Eva lantas tersenyum gemas melihatnya, " Selamat pagi Rayyan, " Ucap Eva, pada bayi mungil dihadapannya.
Melihat waktu sudah menunjukkan pukul hampir pukul 8 pagi, Eva segera beranjak dan memandikan Rayyan lebih dulu.
Tugasnya dirumah itu hanyalah mengurus Rayyan, tidak melakukan apa-apa selain itu.
Tak lama kemudian, Adrian yang juga akan pergi bekerja, disambut oleh para pelayan dirumahnya.
Adrian lalu duduk untuk menyantap sarapan yang sudah disediakan, sementara di tempat tak jauh darinya, Ada Zuri yang berdiri menunggu titah dari majikannya.
" Apa Rayyan sudah bangun? " Tanya Adrian, sambil meneguk segelas air putih.
" Sudah, Tuan. " Sahut Zuri, meminta seseorang untuk membawa Rayyan kehadapannya.
Tak lama, Adrian meliah stroller bayi berjalan menuju ke arahnya.
" Apa tidurmu nyenyak semalam? " Tanya Adrian, menatap wajah mungil Rayyan. Tangannya tak lupa mengusap kepalanya.
Tercium bau yang amat wangi pada bayi tersebut, membuat Adrian tak tahan untuk menggendongnya. Pria itu bahkan berkali-kali mencium Putranya, membuat para pelayan melongo melihatnya.
" Apa Bau bayi memang seharum ini, ya? " Gumam Adrian, tak berhenti mencium Rayyan.
Biasanya, Pria itu hanya mengusap kepalanya saja. Bahkan hampir tidak pernah Adrian menggendongnya, namun kali ini tindakannya membuat para pelayan kaget.
" Itu, karena Tuan muda sudah mandi Tuan. Suster Eva yang memandikannya, sekaligus memilih sabun yang cocok untuknya, " Sahut Zuri, ikut senang melihat sikap Adrian.
" Lalu dimana dia? Kenapa bukan dia yang membawa Rayyan kesini? " Tanya Adrian, sambil memangku Rayyan.
" Dia sedang mandi, Tuan. Tadi Tuan muda pup sebelum mandi, jadi mungkin Suster Eva harus mandi dan meminta saya untuk membawa Tuan muda kemari, " Sahut salah seorang pelayan bernama Ratna.
Adrian menganggukkan kepalanya, mencoba mengerti. Perlahan ia meletakkan kembali Rayyan di strollernya. Lalu ia lanjut menyantap sarapannya.
Beberapa jam kemudian, Eva akhirnya telah selesai mandi. Ia segera keluar menemui Rayyan, setelah selesai membersihkan tubuhnya.
Rayyan terlihat anteng, diatas ayunan miliknya. Disana Rayyan ditemani seorang pelayan yang menggantikan tugas Eva untuk sementara.
" Saya sudah selesai, Mba. Maaf ya, kalau lama. " Ucap Eva, ramah. Namun disahuti dengan tatapan sinis oleh pelayan bernama Ratna.
Kini Rayyan kembali bersama Eva, yang akan menemaninya bermain sepanjang hari.
Demi agar tak membuat Rayyan bosan, Eva membawa bayi kecil itu untuk jalan-jalan sekitar halaman rumah mereka yang luas.
Halaman yang dihiasi dengan tamaman hijau, membuat suasana menjadi sejuk. Eva kini duduk di sebuah taman, yang ada di halaman rumah tersebut.
Eva terduduk, dan menghadapkan stroller Rayyan kearahnya. Tak lama, Eva membacakan sebuah buku dongeng untuk Rayyan, meski bayi itu tidak mengerti yang Eva bicarakan. Namun bayi itu terlihat tenang dan nyaman, mendengarkan suara Eva membacakan buku untuknya.
Eva sendiri bahkan bingung. Padahal tidak ada pengalaman dirinya mengasuh anak sebelumnya, namun Rayyan seolah sangat cocok padanya.
*
Hingga tak terasa, waktu sudah berjalan selama lebih dari satu minggu. Sampai saat ini, Eva belum juga bertemu dengan Ayah Rayyan atau majikannya. Ia hanya fokus dengan pekerjaannya, merawat dan mengasuh Rayyan.
Pagi ini, Adrian--Ayah Rayyan baru saja keluar dari kamarnya. Seperti biasa, ia akan sarapan lebih dulu, sebelum pergi bekerja.
Seperti biasa pula, Adrian selalu menemui Putranya lebih dulu sebelum pergi. Pria itu mengangkat tubuh Rayyan dari Strollernya. Lagi-lagi, Adrian mencium bau harum dari tubuh Putranya.
" Anak Papa wangi banget sih. Papa kan jadi ingin menci*mmu terus! " Ujar Adrian, tak henti mengendus pipi bayinya.
" Zuri, apa ini cuma perasaanku aja? Kenapa dia terasa berat di gendong. Coba kamu gendong dia? " Tiba-tiba Adrian memberikan Rayyan pada Zuri, agar mencoba menggendongnya.
" Iya benar, Tuan. Dia cukup berat. Mungkin berat badannya naik, " Kekeh Zuri, menggoda Rayyan dengan menoel pipinya.
" Baru dua minggu Rayyan di Asuh sama Suster barunya, tapi berat badannya sudah naik. Apa dia memberikan makanan ke Rayyan? " Adrian tentu merasa heran, pasalnya bayi seusia Rayyan hanya boleh mengkonsumi Asi.
" Bukannya Tuan muda baru boleh makan makan setelah 6 bulan? " Zuri pun heran, bagaimana bisa Rayyan tumbuh secepat ini. Apalagi Rayyan hanya mengkonsumsi s**u formula.
" Dimana Suster Eva? Kenapa dia selalu sibuk di jam segini? " Tanya Adrian, menayap bayinya yang anteng.
" Suster Eva sedang mencuci pakaian, Tuan. Hari ini jadwal dia mencuci pakaiannya! " Sahut Ratna, seperti biasa. Orang yang bisa menggantikan Menjaga Rayyan untuk sementara.
" Panggil dia kesini. Ada yang mau ku bicarakan! " Ucap Adrian, dengan wajah tanpa ekspresi.
" Baik, saya kan panggil dia. " Ratna lalu bergegas menghampiri Eva, yang sedang mencuci pakaian.
Setelah menunggu beberapa menit, Eva akhirnya keluar menemui majikannya untuk yang pertama kali.
Penampilan Eva tak berbeda dari sebelumnya. Ia tetap mengenakan kacamata dan berpakaian over size demi menutipi lekuk tubuhnya.
" Sa-saya datang, Tuan " Ucap Eva, menghadap Adrian untuk pertama kalinya.
" Dia kan, bukannya dia pegawai culun waktu itu? Jadi dia yang namanya Eva Camellyn? " gumam Adrian dalam hatinya.
" Ekhem, ada yang mau saya tanyakan sama kamu. " Suara dingin Adrian, membuat Eva deg-degan.
" I, iya. Silahkan, Tuan. " Eva bahkan sampai terbata, menjawab ucapan majikannya. " Apa aku ketahuan, ya? " Batinnya, merasa tak tenang.
" Baru dua minggu kamu mengasuh Rayyan, tapi sepertinya dia semakin berat saat digendong. Apa kamu memberinya makan? "
Jedar!!!
Eva semakin cemas sekaligus panik. Bagaimana dia akan menjawabnya???
*
next---