Berharap

1830 Kata

Kiara buru-buru menyingkirkan tangan Esa yang masih mengalung di tubuhnya. Berlari ke kamar mandi, lalu menumpahkan semua isi perutnya di dalam kloset duduk yang berada di sana. Satu tangan Kiara sibuk, menahan surai panjangnya agar tidak terjatuh dan terkena muntahannya. Esa yang merasakan gerakan kasar secara tiba-tiba itu pun terbangun. Melihat punggung Kiara yang berlari cepat menuju kamar mandi. Spontan tubuhnya melompat dari tempat tidur untuk menyusul sang istri. Menundukkan tubuhnya, lalu meraih seluruh surai legam Kiara itu menjadi satu di tangannya. “Kita ke dokter pagi ini.” Satu tangan Esa membantu untuk memijat tengkuk sang istri dengan perlahan. “Gak usah bilang gak mau, ini aja udah tambah parah, pake muntah-muntah.” Kiara tidak membantah. Ia hanya mampu menganggukkan kep

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN